Selama ini umat manusia khususnya umat Islam terjebak pada pemikiran kata “Islam” sebagai simbol nama agama saja, sehingga tidak mengerti apa makna Islam itu sendiri. Kalau kata “Islam” dikaji lebih dalam lagi oleh semua umat manusia, niscaya mereka akan menyadari bahwa Diin/ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah untuk seluruh umat bangsa jinn dan manusia, maka ajaran ini juga milik agama lainnya. Arti Islam adalah tunduk = berserah-diri = pasrah. Maka Diinul-Islam adalah ajaran kepasrahan/berserah-diri akan Allah.
"Sesungguhnya ajaran Allah adalah berserah diri (al-Islam). tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya." (QS. Al-Imran 3:19)
Maka pokok ajaran semua agama yang berlandaskan atas azas kepasrahan diri kepada Tuhan walau diakui atau tidak, disadari atau tidak, dimengerti atau tidak adalah Diinul Islam. Juga pengertian kata Muslimuun bukan berarti terhadap penganut agama Islam saja, melainkan kepada penganut agama lainnya, karena arti Muslimuun adalah orang-orang yang berserah diri kepada Tuhannya.
"Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan Katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada Kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan Kami dan Tuhanmu adalah satu; dan Kami hanya kepada-Nya berserah diri".(Q.S. al-'Ankabut 29:46)
Sungguh Allah juga menghargai amal sholeh mereka walau bukan umat Nabi Muhammad SAW, maka janganlah menghina dan mengganggu mereka, sabda Nabi “Barangsiapa menggangu kafir damai, sama dengan menggangguku, dan bila mengganguku sama dengan mengganggu Allah”
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin[56], siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”(Q.S.Al-Baqarah.2:62)
[56] Shabiin ialah orang-orang yang mengikuti syari'at nabi-nabi zaman dahulu atau orang-orang yang menyembah bintang atau dewa-dewa.
Sebagai batas berbagai ajaran/agama yang diterima dan tidak oleh Allah, disampaikan pada ayat berikut ini:
“Maka Apakah mereka mencari ajaran yang lain dari ajaran Allah, Padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada Kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan Para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nyalah Kami berserah diri." Barangsiapa mencari ajaran selain ajaran berserah diri, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi.” (Q.S. Ali-Imron.3:83-85)
Maka walaupun seseorang menyandang identitas mengaku agama Islam, akan tetapi dalam kehidupannya tidak bersikap pasrah/berserah diri akan Allah, pasti tertolak ia dari ke Islam-annya tersebut alias Termasuk orang-orang yang rugi.
Bila ada seseorang mengaku Islam, tapi bersikap keras terhadap umat golongan lain, sungguh ia belum Islam. Islam Itu berserah diri, serah diri atas semua ketetapan Allah. Islam milik semua umat manusia, semua keyakinan, semua agama, yaitu agama yang meyakini adanya Sembahan yang tertentu, Tuhan yang Esa/Tunggal.
Asma Allah berasal dari ilah yang bermakna sembahan, sedangkan penambahan huruf alif lam sebelum suatu kata maka yang bersifat jamak menjadi khusus/tertentu. Karena itu bisa dimaknakan kalimat "La ilaha illallah" adalah "tiada sembahan selain sembahan yang tertentu/khusus". Di dunia banyak manusia memiliki sembahan-sembahan yang bermacam-macam. Maka di jelaskan dan ditegaskan oleh Allah ciri Sembahan yang Tertentu itu adalah :
“Katakanlah: "Dia-lah Allah (Sembahan Tertentu), yang Esa (Tunggal/Satu). Allah (Sembahan Tertentu) adalah (tempat) bergantung (kepada-Nya) segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan yang Esa." (Q.S. Al-Ikhlas:112.1-4)
Maka Sembahan yang Tertentu itu wajib memiliki sifat yang Esa/Satu/Tunggal. Dalam ilmu logika, nilai Satu walaupun dipangkatkan sepuluh sampai tak terhingga pun, tetap akan bernilai Satu. Dan tidak ada rumusnya penjumlah Tiga itu menjadi bernilai Satu. Jika 1 + 1 + 1 tidak mungkin bermakna 1. Ajaran Allah adalah ajaran yang fitrah, yaitu fitrah bagi umat manusia. Ajaran Allah sesungguhnya pun bisa di kaji secara logika manusia. Banyak rahasia-rahasia ajaran Allah yang terungkap secara logika, dan masih banyak dan tak terhingga jumlahnya rahasia-rahasia Allah yang masih tersembunyi bertebaran di alam semesta dunia dan akherat.
Sesungguhnya semua berasal dari yang Esa, 10 sampai tak terhingga berasal dari 1. Penyimpanan data, gambar,tulisan semua yang tampil di layar komputer juga berasal dari 1 bit. maka sungguh jahiliyyah orang yang tidak percaya adanya Tuhan yang Esa. Allah ciptakan segala sesuatu berpasang-pasang. Pria-wanita, miskin-kaya, Tuhan-makhluk. Proses kerja satu unit komputer bersumber dari logika 1 dan 0. Dalam kehidupan nyata nilai 1 adalah Tuhan dan nilai 0 adalah makhluk. Nilai satu adalah kekal berdiri sendiri, sedangkan nilai 0 adalah fana atau kosong. 1 tidak membutuhkan apapun agar ia bernilai, sedangkan 0 membutuhkan 1 agar menjadi bernilai.Demikianpula semua mesin bekerja perhatikan bagaimana torsi bergerak maju-mundur, demikianpula arus listrik plus-min, fase-nol, demikianpula detak jantung di dada, detak jam mekanik, dan lain sebagainya semua bersumber berpola kepada sikap Ada dan tiada, Satu dan nol, Tuhan dan makhluk. Tidak ada suatu kekuatan, kehidupan di alam dunia yang tercipta tanpa adanya sikap makhluk yang percaya akan Tuhan yang Esa.
Hubungan harmonis antara Kholik dan makhluk senantiasa terjalin hanya dengan jalan dzikir atau mengingat. Hanya dengan dzikir manusia itu di sebut hidup. Dalam suatu hadist Nabi SAW mengatakan perbedaan antara yang berdzikir dengan yang tidak adalah antara yang hidup dengan yang mati. Kita adalah nol atau tidak bernilai, ketika ingat/dzikir Allah yang bernilai Ahad, saat itulah kita menjadi bernilai.
Fabi ayyi alaa irabbikuma tukazziban? Maka nikmat tuhan manakah yang kamu dustakan?
*************************************
Hidup tidak pernah membatasi, tapi kita lah yang selalu membatasi hidup.
Ayat-ayat Allah tidak dibatasi oleh kitab-kitab suci atau pun Hadist,tetapi kita lah yang selalu membatasi ayat-ayat Allah.
Tak ada Ilmu mengenal Allah sebaik Ilmu Rasa, maka belajarlah Ilmu Rasa (Tasawuf)!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar