Sabtu, 08 November 2008

"AKU DI SINI"

"AKU DI SINI"
Suatu malam seorang berseru "Allah!" berulang-kali hingga bibirnya menjadi manis oleh puji-pujian bagi-Nya.
Setan berkata, "Hai kau yang banyak berkata-kata, mana jawaban "Aku di sini!" (labbayka) atas semua seruan "Allah" ini? Tak satupun jawaban dari `Arsy , Berapa lama kau akan berkata "Allah" dengan wajah suram?
Ia pun patah hati dan berbaring tidur, dalam mimpi dia melihat Nabi khidir di antara dedaunan, Yang berkata, "Dengar, engkau telah berhenti memuji Tuhan, mengapa engkau sesali dzikirmu kepada-Nya? Dia menjawab, "Karena tak datang jawaban `Aku di sini', aku takut diriku di jauhkan dari Pintu-Nya."
Nabi Khidir menyahut, "Justru sebaliknya; Tuhan berfirman: Sesungguhnya `Allah' dalam dzikirmu adalah `Aku di sini'(dari)-Ku, dan sesungguhnya permohonan dan duka dan semangatmu adalah utusan-Ku kepadamu. Ketakutan dan cintamu adalah jerat untuk menangkap Karunia-Ku:Dibalik setiap `O Tuhan'-(oleh) mu selalu ada `Aku di sini' dari-Ku."
Jalaluddin ar-Rummi.

*********************
Hidup tidak pernah membatasi, tapi kita lah yang selalu membatasi hidup.
Ayat-ayat Allah tidak dibatasi oleh kitab-kitab suci atau pun Hadist,tetapi kita lah yang selalu membatasi ayat-ayat Allah.
Tak ada Ilmu mengenal Allah sebaik Ilmu Rasa, maka belajarlah Ilmu Rasa (Tasawuf)!

Selalulah bersikap syareat-haqekat

Selalulah bersikap syareat-haqekat

Al-Qur'an yang diturunkan kepada umat manusia pada dasarnya memiliki dua sifat pengajaran, yaitu ajaran untuk urusan dunia dan ajaran untuk urusan akherat. Urusan dunia berkaitan dengan Hukum Syareat, dan urusan akherat dikaitkan dengan Hukum Haqekat. Maka di kehidupan ini hukum syareat dan haqekat adalah saling berdampingan, jika salah satunya tidak ada atau tidak dianggap maka timpanglah kehidupan, dalam hal ini kehidupan manusia itu sendiri.
Dalam diri manusia Hukum Syareat dipahami oleh akal, sedangkan hukum haqekat dipahami oleh hati. Karena itu Allah selalu mengingatkan/mengajarkan kepada manusia untuk senantiasa dzikir dan tafakur. Dzikir adalah mengingat yaitu Allah sedangkan tafakur adalah merenungkan/memperhatikan/meneliti ciptaanNya, Karena itu tidak ada tafakur Allah karena Allah tidak dapat direnungkan/diperhatikan/diteliti/dipertanyakan, jika ditanyakan hanya dijawab dengan bahwa Allah itu dekat. Demikian pula dengan Hukum Syareat masih memungkinkan untuk direnungkan/diperhatikan/diteliti/dipertanyakan alias bersifat fleksibel, sedangkan hukum Haqekat bersifat mutlak. Dengan tafakur alam semesta, semakin dalam pengetahuannya, semakin rinci penemuannya, maka akan semakin membuat manusia itu semakin merasa tinggi-angkuh atau semakin merasa rendah-hina. Karena itu perlunya tafakur harus selalu didampingi dzikir (ingat) Allah, sehingga manusia itu akan mengembalikan segala sesuatunya kepada Hukum Haqekat yaitu segala sesuatu berasal-kembali kepada Allah yang Al-Adzim, itulah sebab mengapa dzikrullah adalah sebagai obat yang paling mujarab dari berbagai penyakit, karena Sumber penyakit sebagian besar berasal dari tafakur yang salah, pemikiran yang salah-kalut-stress, was-was, khawatir.
Segala permasalahan di dunia jika dikembalikan kepada akal niscaya akan stack-stress-error, sebaliknya jika dikembalikan ke hati segala yang tidak mungkin menjadi mungkin. Misal: coba anda masukkan segala teori dunia seperti perhitungan rumus-rumus fisika dan bayangkan berapa luas bumi yang kita pijak ini kedalam akal, pasti pembuluh2 darah otak anda akan pecah alias strook. Sekarang coba masukkan segala alam semesta ini kedalam hati anda, pasti anda dapat memandang bahwa alam semesta itu hanya seluas genggaman tangan bahkan lebih kecil bahkan semakin sirna. Itulah hati, itulah hukum Haqekat yang bersifat mutlak.
Oleh karena itu, marilah senantiasa menyandingkan syareat dengan haqekat, bila sedang berjalan tafakur tiap kaki yang melangkah, lalu ingat (dzikir) bahwa Allah lah yang menggerakkan kaki, dan sebagainya, itulah maksud dari ayat Allah dzikran-kasiran yaitu Dzikir dengan jumlah yang banyak. Bukan artinya jumlah bilangan bacaan dzikirnya yang banyak, akan tetapi dzikir yang memiliki nilai yang banyak/luas. Misal dzikir sekedar 1 kali mengucap Allah tanpa tafakur hanya akan bernilai 1, bila sambil tafakur maka 1 kali dzikir nilainya sebanyak/seluas apa yang sedang ia tafakurkan.

Rahasia Kekuatan
Alam semesta ini diciptakan untuk umat manusia. Tapi siapakah manusia yang mampu mengendalikan kemudian memanfaatkan alam semesta ini. Jawabannya adalah Manusia yang mampu mengendalikan kemudian memanfaatkan dirinya sendiri, singkatnya manusia yang berserah diri. Karena hanya dengan berserah diri kekuatan/ kemampuan itu bisa terwujud. Karena itu Ajaran Allah sesungguhnya adalah ajaran berserah diri yang dinamakan Al-Islam. Kalau disebut Islam saja, berserah diri itu bersifat jamak/luas, karena itu disebut Al-Islam yaitu bersifat khusus/tertentu, maka makna Al-Islam adalah berserah diri yang khusus/tertentu. Itulah sebab ajaran Islam itu untuk seluruh umat manusia karena ajaran Islam adalah fitrah manusia.
Mari buktikan benarkah berserah diri itu adalah rahasia kekuatan. Pertanyaan; ajaran mana yang memiliki jumlah pengikut yang besar dan sukses tanpa ada sikap berserah diri di dalamnya.Dalam penganut suatu agama? Contoh: Islam, Kristen, Hindu, Budha bahkan aliran kepercayaan sekalipun inti ajarannya di dalamnya terdapat ajaran berserah diri.Dalam ilmu tenaga dalam? Contoh: Merpati Putih, Mahatma, Reiki, Taichi, dan sejenisnya tekhnik peningkatan dan penyaluran energi nya dengan cara berserah diri.
Sebab itu para guru-guru atau ahli-ahli tasawuf mereka memiliki lebih besar dan lebih dalam pengetahuannya tentang Al-Islam daripada mereka yang tidak ber-tasawuf, karena mereka telah mampu berserah diri yang sebenar-benarnya, sehingga segala rahasia telah tersingkap karenanya.
Secara teori sikap berserah diri akan memposisikan diri pada posisi netral (nol). Segala sesuatu bila diposisikan netral akan mudah bergerak, berubah, berkembang dan bermigrasi. Misal sebuah mobil yang melaju kedepan tidak mungkin bisa melaju mundur tanpa melalui titik netral alias berhenti walau hanya sekejab. Dalam peyaluran energi seperti tenaga dalam atau listrik tidak mungkin tercapai jika tidak melalui titik netral. Demikian pula para ahli sufi mengalirkan segala macam ilmu-ilmu pengetahuan yang luas dan dalam karena telah mampu menetralisir dirinya atau bersikap berserah diri, karena hanya dengan sikap netral saja ilmu itu dapat mengalir.
Nol = Netral = berserah diri = Islam = fitrah manusia = Sunnatullah.Barangsiapa mengenal dirinya, maka akan mengenal Tuhannya.Jika tak mampu mengenal diri, carilah guru yang ahli mengenal diri, carilah guru yang mengenal Tuhannya, carilah waliyan muryida (Al-Kahfi.18:17).
Dalam teori fisika Quantum, dikatakan bila sesuatu massa memiliki kecepatan yang sama dengan kecepatan cahaya, maka waktu akan berhenti atas massa tersebut, sedangkan wujud massa tersebut menjadi hilang karena telah membaur dengan unsur alam semesta, dan ia dapat berada di berbagai tempat dalam satu waktu. Sampai saai ini belum ada suatu alatpun yang mampu bergerak dengan kecepatan cahaya.
Kecepatan Cahaya = waktu berhenti = nol = netral = berserah diri
Pendapat saya bila manusia yang mampu berserah diri dengan sebenar-benarnya, maka ia sedang bergerak dengan kecepatan cahaya, karena ia dalam posisi netral = nol = waktu berhenti.Bukti pertama adalah Isra' Mi'raj nya Nabi Muhammad SAW dalam waktu yang singkat, tempat tidur beliau masih terasa hangat. Beliu adalah hamba Allah yang berserah diri.Sedangkan lainnya telah dibuktikan oleh para waliyullah (waliyan mursyida(Al-Kahfi.18:17)) yang dirinya mampu berada di berbagai tempat pada waktu yang sama, mampu menembus lapis-lapis langit dan bumi.

*********************
Hidup tidak pernah membatasi, tapi kita lah yang selalu membatasi hidup.
Ayat-ayat Allah tidak dibatasi oleh kitab-kitab suci atau pun Hadist,tetapi kita lah yang selalu membatasi ayat-ayat Allah.
Tak ada Ilmu mengenal Allah sebaik Ilmu Rasa, maka belajarlah Ilmu Rasa (Tasawuf)!

Anak-anak, Merokoklah!

Anak-anak, Merokoklah!
Oleh Seto Mulyadi,
Ketua Komnas Perlindungan AnakJangan kaget! Ini adalah seruan lantang industri rokok kepada anak-anak dan remaja kita. Sayang, banyak orangtua tampaknya masih terlelap dan tidak sadar. Tahu-tahu, jutaan anak kita telah tercemar asap tembakau dan akan menjadi perokok aktif di masa depan. Dengan sistematis, industri rokok mengajak jutaan anak untuk sejak dini mulai gemar merokok.Coba lihat iklan-iklan rokok di mana-mana, seolah tidak ada lagi ruang kosong yang ramah anak dan bebas dari dominasi iklan rokok. Mulai dari billboard, spanduk, umbul-umbul, iklan di media cetak ataupun elektronik, kaset atau film sampai ke seminar-seminar pendidikan pun tak luput dari promosi rokok.Materi iklan pun menunjukkan segmentasi pasar yang dibidik. Bahwa merokok adalah baik. Merokok identik dengan nikmat, berani, macho, trendi, kebersamaan, santai, optimistis, penuh petualangan, kreatif, dan segudang istilah lain lagi yang membanggakan.Tidak tanggung-tanggung, idola remaja "penyanyi, grup musik, atau para tokoh yang memenuhi selera pasar konsumen" dilibatkan sebagai model.Industri rokok paham teori psikologi perkembangan anak Bahwa "menurut teori perkembangan psikososial Erik Erikson" remaja sedang pada tahap the sense of identity, tahap mencari identitas, termasuk meniru dan mengikuti perilaku model yang menjadi idolanya. Dengan "serangan" iklan dan menampilkan identitas yang dicari remaja, otomatis mereka larut dalam pengaruh iklan, merasa lebih hebat dengan merokok.Metode komunikasi persuasif yang digunakan pun memakai classical conditioning, yaitu mengubah sikap dengan mengondisikan antara perasaan positif dan benda yang diiklankan. Remaja pun tergiur saat disuguhi pesan-pesan seperti "Apa Obsesimu?", "X-presikan Aksimu!", dan "U are U!".Bahan adiktifKalangan industri rokok sering berkilah, iklan rokok tidak akan menimbulkan perokok baru, tetapi hanya menjaga agar perokok aktif tetap mengonsumsi produksinya atau agar tidak pindah ke merek lain.Namun, kenyataannya iklan rokok telah menjebak ratusan ribu anak dan remaja untuk mulai mencoba merokok, lalu menjadi pengguna tetap yang aktif.Mereka menutup mata terhadap kenyataan bahwa mengiklankan rokok sama dengan mempromosikan bahan adiktif terhadap anak-anak. Saat merokok, mereka akan mengisap sekitar 4.000 racun kimia dengan tiga komponen utama yang berbahaya, yaitu nikotin, tar, dan karbon monoksida.Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, tembakau membunuh lebih dari lima juta orang per tahun, dan diproyeksikan akan membunuh 10 juta sampai tahun 2020. Dari jumlah itu, 70 persen korban berasal dari negara berkembang.Lembaga Demografi UI mencatat, angka kematian akibat penyakit yang disebabkan rokok tahun 2004 adalah 427.948 jiwa, berarti 1.172 jiwa per hari atau sekitar 22,5 persen dari total kematian di Indonesia.Remaja akan tetap menjadi sasaran utama untuk menggantikan perokok senior yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap rokok, yang konon sekitar 30 juta akan wafat karena penyakit yang berhubungan dengan tembakau.Coba simak laporan perusahaan rokok di AS, Philip Morris (1981), "Remaja hari ini adalah pelanggan tetap yang potensial untuk hari esok! Pola merokok remaja amat penting bagi Philip Morris…."Hak anakMelalui Sidang Ke-56 WHO, 192 negara anggotanya telah mengadopsi Kerangka Kerja Konvensi Pengendalian Tembakau (Framework Convention on Tobacco Control/FCTC) untuk melindungi generasi muda dari kerusakan kesehatan dan asap tembakau. Pasal 13 FCTC mensyaratkan negara anggota untuk melaksanakan larangan total terhadap segala jenis iklan, pemberian sponsor dan promosi produk tembakau, baik secara langsung maupun tidak dalam kurun waktu lima tahun setelah meratifikasi konvensi.Sayang, Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia Pasifik yang belum meratifikasi konvensi ini dan belum memiliki undang-undang yang mengatur dampak bahaya tembakau, sementara Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran tetap mengizinkan iklan rokok di media elektronik dengan berbagai bentuknya.Ketika kita semua tahu bahwa rokok ialah zat adiktif dan merupakan salah satu pembunuh hak hidup anak, pemerintah tampaknya belum tegas dalam melindungi anak dari bahaya tembakau. Padahal UU No 23/2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan, pemerintah wajib dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak termasuk yang menjadi korban zat adiktif (Pasal 59). Pasal 89 Ayat 2 menegaskan,"Setiap orang yang dengan sengaja menempatkan, membiarkan, menyuruh melibatkan anak dalam penyalahgunaan, produksi atau distribusi alkohol dan zat adiktif lainnya dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun"Bagaimana nasib RUU Pengendalian Dampak Rokok dan Tembakau yang konon sudah disetujui 41 persen anggota DPR? Badan POM mencatat 14.249 iklan rokok tersebar di media elektronik (9.230), media luar ruangan (3.239), dan media cetak (1.780). Hingga kini, tanpa kendala, iklan rokok terus mempromosikan bahan yang sarat pelanggaran hak anak, baik hak hidup, hak tumbuh dan berkembang, maupun hak untuk memperoleh perlindungan.Kongres Anak Indonesia sebagai pemenuhan hak partisipasi anak tahun lalu telah mendesak pemerintah untuk membatasi iklan rokok di media massa sebagai bagian dari bentuk kekerasan terhadap anak.Akankah kita terus membiarkan tingkah pembunuh berwajah santun berkeliaran di mana-mana menghiasi ruang-ruang publik kita? Lupakah kita kepada kesepakatan yang dicanangkan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2002 untuk menciptakan a world fit for children?Tampaknya kita semua harus jujur untuk berani mengakui bahwa kita belum siap untuk memenuhi hak anak, agar nantinya mereka bisa berkata, "Tubuhku sehat, jiwaku kuat, siap menjadi pemimpin masa depan!"Prevalensi Anak Merokok 26,8 Persenwisnu widiantoro/kompasPelajar Jakarta Menunjukkan gelang jari bertulis "No Tobacco" pada peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2007 di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.Jumat, 18 Januari 2008 19:08 WIBJAKARTA, JUMAT - Anak-anak Indonesia kini dalam bahaya karena mereka merokok sejak usia dini. Prevalensi perokok anak usia 13-15 tahun mencapai 26,8 persen dari total populasi penduduk Indonesia, 234 juta jiwa.Permasalahan merokok pada anak adalah bencana nasional yang harus segera ditangani. Karena itu, Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak mendesak pemerintah melarang secara menyeluruh iklan, promosi, dan sponsor rokok.Ketua Komnas Perlindungan Anak Seto Mulyadi mengemukakan hal itu, Kamis (17/1), setelah mengekspose hasil penelitian Komnas Perlindungan Anak bersama Forum Warga Kota Jakarta (Fakta) dan Tobacco Control Support Center-IAKMI, yang dilakukan Januari-Oktober 2007. "Iklan rokok merupakan monster bagi anak-anak karena ia dengan mudah terpengaruh," ujarnya.Zulazmi Mandu, Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof DR Hamka, yang juga memaparkan hasil penelitiannya di Komnas Perlindungan Anak, mengungkapkan, sedikitnya satu dari lima remaja di DKI Jakarta mengaku timbul keinginan untuk menyalakan rokok sesaat setelah melihat iklan rokok.Seto Mulyadi yang didampingi Sekjen Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait menjelaskan, tren usia inisiasi merokok menjadi makin dini, yakni usia 5-9 tahun. Perokok yang mulai merokok pada usia 5-9 tahun mengalami lonjakan paling signifikan, dari 0,4 persen pada tahun 2001 menjadi 1,8 persen pada tahun 2004. Tahun 2007, meski belum punya angka pasti, diyakini akan meningkat dibandingkan dengan tahun 2004.Dalam pantauan Komnas Perlindungan Anak, menurut Seto Mulyadi, sepanjang Januari-Oktober 2007 terdapat 2.848 tayangan televisi yang disponsori rokok di 13 stasiun televisi. Juga tercatat 1.350 kegiatan yang diselenggarakan/disponsori industri rokok, seperti kegiatan musik, olahraga, film layar lebar, seni dan budaya, hingga keagamaan."Pada acara-acara ini kerap kali industri rokok membagi-bagikan rokok gratis kepada pengunjung tanpa pandang usia, kendati bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003," ujarnya.Larang Iklan RokokIklan rokok dan kegiatan-kegiatan yang disponsori industri rokok menimbulkan keinginan remaja merokok, yang akhirnya menjadi perokok tetap. Karena itu, sebuah regulasi yang melindungi anak dan remaja dari maraknya iklan dan kegiatan sponsor rokok mutlak diperlukan."Larangan menyeluruh terhadap iklan, promosi, dan sponsor rokok dalam berbagai kegiatan adalah salah satu upaya melindungi anak-anak dari kecanduan terhadap tembakau," kata Seto.Demi kepentingan terbaik bagi anak dan menyelamatkan generasi muda bangsa dari dampak bahaya tembakau, lanjut Seto, Komisi Nasional Perlindungan Anak mengimbau kepada pemerintah untuk, pertama, membuat regulasi yang melarang secara komprehensif segala bentuk iklan, promosi, dan sponsor rokok.Kedua, mengatur praktik tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR yang dilakukan industri rokok agar tidak menggunakan merek rokok maupun nama perusahaan karena bisa merupakan iklan terselubung. (NAL)

*********************
Hidup tidak pernah membatasi, tapi kita lah yang selalu membatasi hidup.
Ayat-ayat Allah tidak dibatasi oleh kitab-kitab suci atau pun Hadist,tetapi kita lah yang selalu membatasi ayat-ayat Allah.
Tak ada Ilmu mengenal Allah sebaik Ilmu Rasa, maka belajarlah Ilmu Rasa (Tasawuf)!

"APOLOGI IBLIS"

"APOLOGI IBLIS"

Pada mulanya aku adalah Malaikat, yang dengan sepenuh jiwa kutempuh jalan kepatuhan untuk mengabdi Kepada Tuhan.
Bagaimana bisa panggilan pertama dilupakan? Bagaimana bisa cinta pertama hilang dari hati seorang hamba?
Bukankah kekuasaan Karunia-Nya yang melindungiku? Bukankah Dia yang menciptakan diriku dari ketiadaan?
Siapakah yang memberikan susu di masa pertumbuhanku? Siapakah yang menggerakkan ayunanku? Adalah Dia.
Sifat yang mengalir bersama susu itu – dapatkah ia selalu dibuang?
Rahmat, Keagungan, dan Kemurahan hati adalah haqekat substansi dari mata uang Nya, Kemurkaan-Nya hanyalah setitik noda campurannya.
Tak kupandang Kemurkaan-Nya, yang merupakan sebab sementara: aku selalu memandang kelestarian Kasih sayang-Nya yang harus di contoh.
Ketahuilah bahwa kecemburuan adalah sebab penolakkanku untuk membungkukkan diri di hadapan Adam; namun kecemburuan itu juga lahir dari cinta kepada Tuhan, bukan dari ketidakpatuhan.
Setiap cemburu lahir dari cinta, karena takut kalau-kalau yang lainnya menjadi pacar sang kekasih.
Mempertimbangkan rasa cemburu adalah akibat yang tak dapat di elakkan dari adanya rasa cinta, sebagaimana kata "Hidup" yang mengikuti bersin.
Karena tiada gerakan kecuali hanya pada papan catur Nya dan Dia memintaku untuk bermain, adakah yang lain yang dapat kumainkan?
kumainkan satu peranan yang ada disana dan membuatku terkutuk.
Sekalipun dalam kesengsaraan kurasakan karunia-Nya;
aku tersesat oleh-Nya, aku tersesat oleh-Nya, aku tersesat oleh-Nya!
(Jalaluddin Rumi)


Awal mula Iblis adalah hamba yang terdekat dengan Allah, derajat kemuliaannya telah sampai ke shidratul muntaha. Ketidakpatuhan akibat dari rasa cemburu yang membuat dirinya menjadi terkutuk, namun rasa cinta kepada Allah tiada sirna. Maka kecemburuan Iblis sampai kepada Anak cucu Adam.
Hikmah yang bisa diambil, Allah dan rosul telah mengingatkan kepada orang2 mukmin bahwa Iblis dan syetan adalah musuh yang nyata. Walau demikian tidak ada gunanya bila kita berlaku benci kepada mereka yang telah terkutuk, janganlah kalian ikut menghujat dan mengutuk mereka musuh-musuh Allah, karena menghujat, mengutuk, berkata `kalian orang kafir' adalah Haq Allah semata, jika kalian hendak mengutuk mereka `musuh-musuh' Allah, tanyakan kembali ke dalam hati apakah yang hendak diucapkan itu berasal dari Allah atau nafsu amarahmu. Bagaimana bila sang kafir yang kalian hujat saat akhir hayat kembali kepada Allah (bertobat dan beriman kepada Allah)? Bagaimana bila di hujung kehidupan dunia iblis yang kalian `ikut-ikutan' mengutuk, dia bertobat dan mau sujud kepada Adam?
Maka janganlah kalian campur `Cinta' dengan `Kebencian' dalam hatimu.
Hatimu adalah satu wadah ibarat satu gelas yang kau isi dengan air `Cinta', apakah air itu akan bening bila kau campur dengan setetes tinta hitam `kebencian'?
Maka cintailah Allah dengan sepenuh hatimu, bila tak mampu maka cintailah Nabi Muhammad SAW, bila tak mampu maka cintailah Utusan dari rasulullah, bila tak mampu cukuplah bersama-sama dengan orang yang sholeh sebagai syafaat bagimu, karena cinta ada dua persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu secara syareat cinta berasal dari mata (melihat/mendengar/menerka sehingga mengenal/mengetahui) lalu turun ke hati, kemudian secara haqekat cinta berasal dari hati (melihat/mendengar sehingga mengenal/mengetahui) lalu naik ke akal.

Kawan, inilah tasawuf para sufi yang tiada tercatat dalam kitab manapun pembahasannya, karena semua makna tertulis pada hatinya.

*************************************
Hidup tidak pernah membatasi, tapi kita lah yang selalu membatasi hidup.
Ayat-ayat Allah tidak dibatasi oleh kitab-kitab suci atau pun Hadist,tetapi kita lah yang selalu membatasi ayat-ayat Allah.
Tak ada Ilmu mengenal Allah sebaik Ilmu Rasa, maka belajarlah Ilmu Rasa (Tasawuf)!

Selasa, 04 November 2008

Kitab al-Munqidz min adh-Dhalal (Penyelamat dari kesesatan)

Petikkan buah pemikiran dari Kitab al-Munqidz min adh-Dhalal (Penyelamat dari kesesatan) karya Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad Al-Ghazali Ra. (bagian pertama)


MUKADIMAH

Ketahuilah, bahwa perbedaan dalam soal agama, mazhab dan pemikiran adalah laksana samudra yang dalam lagi ganas. Masing2 golongan saling membanggakan diri, seperti dikatakan Al-Qur’an;
“Kemudian mereka (pengikut-pengikut Rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing).”(Al-Mu’minuun.53),
padahal tiap2 golongan itu tiada banyak yang selamat, sesuai sabda Nabi SAW;
“Umatku akan pecah menjadi 73 golongan, hanya satu yang selamat”.

Sejak sangat muda, kurang dari 20 tahun, sampai lebih dari 50 tahun kini, tidak hentinya aku menyelami samudera luas ini. Aku selidiki setiap kepercayaan, aku dalami setiap mazhab, dan aku kaji setiap ajaran untuk membuktikan mana yang benar;Bathiniyyah, Zhahiriyyah, Kalam, Filsafat dan Tasawuf. Tidak ketinggalan pula kaum Zindiq (sembunyikan kekufuran, tanpakkan keimanan) dan Mu’athil (kaum yang menafikan sifat2 Tuhan).
Aku senantiasa haus untuk mencari haqekat segala sesuatu. Bukan atas kemauanku sendiri, tetapi sudah merupakan fitrah dari Tuhan. Sedemikian, sehinga aku terlepas dari belenggu taqlid dan tidak terjerat pada kepercayaan2 yang sudah mentradisi, walau usiaku masih sangat muda; suatu masa ketika seorang anak umumnya belum lepas dari pengaruh orangtuanya, sesuai hadist:
“Setiap anak lahir dalam kondisi fitrah. Orangtuanya yang membuat ia Yahudi, Nasrani atau Majusi”
Aku ingin tahu, apa fitrah asli pada anak, juga kepercayaan yang muncul akibat taqlid pada orangtuanya dan guru. Untuk itu pertama2, aku mencari pengetahuan tentang haqekat segala sesuatu. Apa arti pengetahuan? Pengetahuan atau ilmu adalah sesuatu yang dengannya apa2 yang diketahui tersingkap dengan jelas tanpa ada keraguan ataupun salah. Ia harus bisa menumbuhkan keyakinan sedemikian rupa, sehingga kalaupun ada seorang yang hebat (misalnya) yang mampu merubah tongkat menjadi ular, keyakinan tersebut tidak tergoyahkan. Pengetahuan seperti inilah yang benar. Jika tidak maka pengetahuan tersebut tidak bisa dipercaya atau tidak bisa menjadi pegangan.



-------------@@@@@@----------






I. DALAM KERAGUAN

Ternyata, aku tidak mempunyai pengetahuan yang meyakinkan sebagaimana yang telah aku jelaskan, kecuali pengetahuan dari hasil pengamatan indera dan hukum2 rasional. Dengan demikian, segala persoalan rumit harus dipecahkan lewat pengamatan indera atau rasio. Akan tetapi aku ragu, apakah indera bisa dipercaya mengingat mata yang merupakan organ terkuat dari indera terkadang juga menipu. Misalnya, bayang2 yang oleh mata tampak diam, tidak bergerak, ternyata tidak demikian. Ia bergerak sedikit demi sedikit, sehingga akhirnya bergeser sama sekali dari tempat asalnya. Begitu pula bintang2 yang tampak kecil, ternyata berdasarkan ilmu alam amat besar, bahkan ada yang melebihi bumu kita. Hukum indera kita batal oleh bukti2 yang tak terbantahkan.
Sekarang tidak ada yang bisa diandalkan kecuali pengertian2 logis, seperti bilangan 10 lebih banyak daripada 3, larangan tidak akan bersatu dengan perintah, yang hadist tidak mungkin sekaligus qadim, yang ada tidak mungkin tiada pada waktu bersamaan, dan yang bersifat pasti tidak mungkin mustahil.
Akan tetapi hokum indera memprotes. Bagaimana anda bisa memastikan bahwa hokum rasional lebih kuat dari hukum indera? Dahulu anda percaya hukum indera, kemudian mendustakannya karena ada hokum rasio. Andaikata hokum rasio tidak muncul, anda tentu tetap percaya kepada indera. Siapa tahu, pada saatnya nanti, akan muncul hokum lain yang bisa mematahkan kekuatan rasio. Saat ini memang belum (pada masa kehidupan Al-Ghazali), tetapi itu tidak berarti tidak mungkin.
Aku termenung ragu2. hokum indera meperkuat protesnya dengan mengemukakan soal mimpi. Tidakkah anda menyaksikan dalam mimpi, bahwa hal itu benar2 terjadi? Namun, saat terbangun, anda sadar bahwa itu hanya ilusi belaka. Boleh jadi, apa yang anda yakini sekarang, yang berhubungan dengan indera atau rasio, sebenarnya hanya berhubungan dengan kondisi saat ini saja. Ketika dalam kondisi lain yang “lebih sadar”, anda akan insyaf bahwa itu hanya mimpi. Dalam tingkat yang lebih tinggi, mungkin ini sama seperti yang dialami kaum sufi ketika pada kondisi tertentu mereka menyaksikan sesuatu yang sama sekali berlainan dengan hokum rasio. Atau, dalam kondisi yang lebih sadar lagi, seperti dikatakan Rasul;
“Manusia semuanya tertidur. Jika mati, mereka terjaga.”

Maksudnya kehidupan dunia ini pada haqekatnya hanyalah mimpi jika dibandingkan akherat. Jika mati, tampak segala sesuatu berbeda dengan yang disaksikan sekarang, firmanNya;
“Sesungguhnya kamu berada dalam Keadaan lalai dari (hal) ini, Maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, Maka penglihatanmu pada hari itu Amat tajam.”(Qaaf.22)

Keraguan itu semakin menghawatirkan dan menyesakkan. Sulit aku menghilangkannya kecuali atas bukti dan argumentasi yang kuat;padahal, tidak mungkin menyusun argumentasi kecuali dengan hukum2 yang logis. Jika usaha terakhir ini tidak bisa diterima, maka tertutuplah jalan menuju kebenaran.
Hampir dua bulan aku diliputi keragu-raguan ini dan kondisiku tidak ubahnya seperti kaum filosof (filosof Yunani). Alhamdulillah, Allah berkenan menyembuhkan hatiku dengan pancaran CahayaNya. Pikiranku kembali jernih dan seimbang, mampu menerima pengertian2 yang logis. Nur Ilahi itulah yang akhirnya sebagai kunci pembukanya, termasuk untuk mencapai ma’rifat, bukan susunan argumentasi yang logis.
Karena itu, siapa yang menyatakan bahwa alam gaib bisa terbuka dengan dalil2 rasional, ia berarti telah menyempitkan rahmat Tuhan yang luas. Ingatlah, ketika ditanya makna “lapang” dalam ayat Siapa yang hendak diberi petunjuk, dilapangkan dadanya untuk menerima Islam, Rasul menjawab,”itulah cahaya yang dipancarkan Allah ke dalam dada manusia.” Apa tandanya? “menjauhi dunia semu dan hanya menghadapkan diri pada keabadian,” jawab Rasul. Demikian pula yang dimaksud Rasul dalam sabdanya;
“Sungguh Allah telah menciptakan makhlukNya dalam kegelapan, kemudian Dia percikkan kepada mereka secercah dari CahayaNya.”
Cahaya itulah yang mesti dicari untuk mencapai kasyaf. Suatu cahaya yang memancar pada saat2 tertentu, semata2 atas kemurahan Ilahi; sehingga kita harus terus berjaga untuk menyongsongnya, seperti dikatakan Rasul;
“ada saat2 tertentu bagi Tuhan untuk melimpahkan KaruniaNya. Bersiaplah kalian.”

Seluruh uraian ini aku maksudkan agar kita terus berusaha sekuat tenaga dalam mencari sesuatu sampai tidak ada lagi yang bisa dicari. Namun, apa yang telah ada (jelas) tidak perlu dicari lagi; bila dicari, justru akan menjadi samar. Siapa yang mencari sesuatu yang sebenarnya tidak perlu dicari, ia akan terkecoh dalam mencari sesuatu yang harus dicari.

----------------@@@@@---------------


II. PARA PENCARI KEBENARAN

Para pencari kebenaran, menurutku, bisa dikelompokkan menjadi empat golongan;
Ahli kalam, yang mengklaim diri sebagai orang2 yang memiliki penilaian dan penalaran independen.
Kaum batiniyyah, yang menklaim diri sebagai pemilik tunggal At-Ta’lim (perintah otoritatif) dan pewaris istimewa pengetahuan dari Imam ma’sum.
Para filosof, yang menklaim diri sebagai ahli logika dan pembuktian apodeiktik.
kaum sufi, yang mengklaim diri sebagai ahli musyahadah dan mukasyafah.

Kebenaran pasti tidak bergeser dari salah satu golongan ini, sebab mereka adalah orang yang berusaha dengan sungguh2 untuk mencari kebenaran. Jika tidak, maka tidak ada lagi harapan untuk menggapainya. Tidak mungkin aku kembali ber taqlid setelah meninggalkannya. Sebab salah satu syarat untuk taqlid adalah ketidaktahuan. Jika telah paham, pecahlah kaca taqlid yang melingkupinya, yang itu tidak bisa diperbaiki dengan ditambal, misalnya, atau yang lain.

Tentang Ilmu Kalam.
Pada mula, aku kaji kitab2 yang ditulis para tokoh kalam, dan aku tulis pula beberapa kitab yang membahas persoalan kalam. Menurutku, kalam adalah disiplin ilmu yang telah mencapai tujuannya, namun bukan tujuanku. Tujuanku adalah memelihara aqidah Ahli Sunnah dan mempertahankannya dari rongrongan kaum bid’ah.
Sungguh, Allah SWT melalui RasulNya telah mengajarkan aqidah yang benar kepada para hamba, demi kebaikan mereka didunia maupun di akherat. Namun, disisi lain, setan telah membisikan sesuatu yang bertentangan dengannya dan mendorong para penganutnya untuk mempropagandakannya, sehingga menggangu aqidah yang benar. Maka, Allah menjadikan golongan ahli kalam tampil untuk membela sunnah dengan argumentasi2 yang logis, sehingga mampu membongkar kepalsuan para ahli bid’ah.
Demikianlah, maka lahir ilmu kalam dengan para pakarnya. Dan, sungguh, sebagian dari mereka benar2 telah membela aqidah Rasul dengan menjelaskan kesesatan kaum bid’ah; dengan mengambil dalil2 lawan kemudian mempergunakannya untuk melumpuhkan argumentasinya. Namun, metode seperti itu tidak banyak gunanya bagi mereka yang tidak mau menerima sesuatu kecuali yang pasti. Karena itu, metode kalam tidak memuaskan hasratku dan tidak mampu menyembuhkan penyakitku.
Walau demikian, aku akui bahwa perkembangan kalam telah mendorong seseorang untuk giat mendiskusikan haqekat sesuatu, menyelidiki rahasia substansi, aksiden, dan hukum2 yang ada pada keduanya. Akan tetapi, karena hal tersebut bukan merupakan tujuan utama kalam, pembahasannya menjadi tidak mendalam, sehingga tidak mampu melenyapkan segala keraguan saat melihat banyak golongan yang saling bertentangan, walau ada juga mereka yang merasa puas.
Aku tidak bermaksud menonjolkan diri atau menyalahkan orang yang mencari obat dan merasa puas dengan ilmu kalam. Obat memang sangat beragam sesuai dengan penyakitnya. Bisa jadi, suatu obat mujarab bagi seseorang tetapi tidak demikian bagi orang lain.

Tentang Filsafat.
Aku yakin, seseorang tidak akan mengetahui sisi lemah suatu ajaran sampai ia mempelajari secara mendalam seluk beluk ajaran yang dimaksud. Sejauh ini, belum terlihat sarjana Muslim yang mengkonsentrasikan diri pada masalah filsafat (di masa Al-Ghazali). Juga belum ada buku2 kalam yang membahas dan membantah pendapat2 kaum filosof, apalagi menguraikannya secara detail. Maka, aku sadar bahwa membantah suatu faham, sebelum memahami benar haqekat faham tersebut, hanyalah suatu kesia-siaan dan bantahan serampangan.
Aku segera mengkonsentrasikan diri untuk belajar filsafat. Aku kaji kitab2 mereka, walau tanpa bantuan guru. Aku lakukan ini di saat2 senggang dari mengajar dan menulis buku. Waktu itu, aku masih bertugas memberi kuliah pada sekitar 300 mahasiswa di Baghdad. Dan, alhamdulillah, berkat taufiq Allah, dalam waktu kurang dari dua tahun, aku telah memahami seluk beluk ilmu filsafat. Kemudian aku lanjutkan penelitian ini dengan perenungan dan pendalaman sekitar satu tahun, hingga jelas bagiku mana yang benar mana yang salah, mana yang hakiki mana yang palsu.
Tampak jelas, kaum filosof terpecah dalam berbagai mazhab dan pemikiran. Kebanyakan dari mereka tidak luput dari ancaman kekufuran dan ateisme, meski diakui ada juga yang dekat dengan kebenaran.

Golongan Filosof.
Walau terpecah dalam berbagai mazhab, secara garis besar, kaum filosof bisa dibagi tiga golongan, Dahriyyun (ateis), Thabi’iyyun (naturalis) dan Ilahiyyun (Ketuhanan).
Pertama kaum Dahriyyun, mereka adalah para filosof zaman dahulu yang mengingkari adanya Sang Maha Pencipta, adanya yang Maha Mengetahui dan Yang Maha Mengatur. Menurut mereka, alam ini wujud dengan sendirinya, tanpa pencipta. Begitu pula binatang, muncul dari sperma dan sperma keluar dari binatang, begitu seterusnya. Mereka termasuk zindiq atau ateis.
Kedua kaum Thabi’iyyah, mereka mengkonsentrasikan diri untuk meneliti alam, tumbuhan dan terutama binatang; sehingga harus mengakui adanya Sang Maha pencipta dan Sang Maha Pengatur, setelah menyaksikan keteraturan dan keindahan alam beserta isinya. Siapa yang meneliti atonomi binatang memang tidak akan bisa mengelak untuk mengakui kesempurnaan pengetahuan Sang Pencipta; apalagi meneliti anatomi tubuh manusia. Mereka menyimpulkan bahwa susunan tubuh binatang sangat berpengaruh bagi besar kecilnya kekuatan yang dimiliki. Dan kesimpulan itu mereka perlakukan pula pada manusia. Sehingga mereka akhirnya menyimpulkan bahwa ruh manusia akan mati bersama matinya jasad, dan tidak mungkin hidup kembali. Akibatnya, mereka tidak percaya pada hari kebangkitan, surga, neraka, hisab, pahala bagi yang berbuat baik dan siksa bagi pelaku jahat. Mereka “lepas kendali” dan terjerumus pada derajat kebinatangan. Mereka juga termasuk zindiq; sebab tidak percaya pada hari pembalasan, meski percaya kepada Tuhan. Iman yang sebenarnya adalah percaya kepada Tuhan dan hari akhir.
Ketiga, kaum Ilahiyyah. Mereka golongan yang terkemudian dari dua kelompok sebelumnya, termasuk disini Socrates(399SM), Plato(347SM) dan Aristoteles(322SM). Aristoteles adalah tokoh yang telah berjasa menyusun ilmu logika dan membuat jelas ilmu2 sebelumnya. Kaum Ilahiyyah menolak ajaran kaum2 sebelumnya dan berhasil membongkar kepalsuan2 yang ada. Disisi lain, Aristoteles sendiri juga menentang ajaran Socrates, Plato dan para filosof Ilahiyyah sebelumnya, dengan metode yang sangat tepat, sehingga ia terlepas dari yang lain.
Namun demikian, Aristoteles sama sekali tidak terlepas dari noda2 bid’ah dan kekufuran para filosof yang lain. Sedemikian, sehingga kita terpaksa mengkufurkannya bersama para pengikutnya dari kalangan Muslim, seperti Ibn Sina(428H/1037M), Al-Farabi(337H/956M) yang seide; meski kedua tokoh Muslim ini telah berjasa besar menyalin filsafat Aristoteles dengan cermat.
Filsafat Aristoteles, sebagaimana disalin dua tokoh ini, bisa menjadi tiga bagian, sebagian menyebabkan kufur, sebagian menyebabkan bid’ah, dan sebagian bisa diterima.

Ilmu-ilmu Filsafat......(akan dilanjutkan kembali).

(Penulis; Insya Allah akan dilanjutkan kembali tulisan ini, semoga bisa menjadi tambahan modal dalam renungan betapa luasnya Ilmu Allah yang berlapis2, yang tiap2 lapisnya juga memiliki lapisan2 bagian2 yang berbeda, ibarat buah Jeruk, lapisan luar yang disebut lapisan kulit jeruk, kulit jeruk ini memiliki lapisan bagian luar “kulit kasar” dan bagian dalam “kulit halus”, dan dalam kulit jeruk tersebut memiliki cairan untuk melambatkan kekeringan pada buah tersebut. Kemudian lapisan isi jeruk, isi jeruk memiliki kulit halus yang melindungi isi jeruk ibarat kantong2 rahim, di dalam kantong2 isi jeruk terdapat kantong2 kecil yang ber shaf2 guna menyimpan sari pati jeruk tersebut, kemudian dalam isi jeruk juga terdapat biji bakal pertumbuhan pohon jeruk baru, biji inipun memiliki bagian lapisan, yaitu bagian calon batang pohon, calon daun dan calon akar. Mulai dari kulit, isi sampai biji, memiliki lapisan2 karakteristik atau kesifatan2 yang berbeda, yaitu yang menentukan warna, tebal tipisnya kulit, besar ukuran, dan rasa, dari tiap karakteristik tersebut berlapis lagi, yaitu tingkat dari kematangannya. Subhanallah, lillaahi maa fissamaawaati wama fil ‘ardh, ini baru urusan jeruk, apalagi lapisan2 urusan Allah, apalagi lapisan2 tentang Allah sendiri. Saudaraku, tiada aku sampaikan hal ini, kecuali untuk menunjukkan bahwa ‘ilmu Allah’ itu tidak dibatasi oleh Al-Qur’an dan tidak pula dibatasi oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadistnya, dan juga tidaklah menjadi suatu hal yang ‘tidak bisa dirubah’ dari ketetapan istihad para ulama2 terdahulu, janganlah bersikap ‘aku putuskan sekarang’ tanpa mendalami suatu permasalahannya terlebih dahulu, bersikaplah ‘aku pelajari, aku dalami, aku putuskan kemudian’. Ku sampaikan kepada mereka yang mahu memikirkannya.)

****************************
Bersambung.
Iman Prasojo (hudan Ibnul Iman’s the name of my son)
____________________________
Hidup tidak pernah membatasi, tapi kita lah yang selalu membatasi hidup.
Ayat-ayat Allah tidak dibatasi oleh kitab-kitab suci atau pun Hadist,tetapi kita lah yang selalu membatasi ayat-ayat Allah.
Tak ada Ilmu mengenal Allah sebaik Ilmu Rasa, maka belajarlah Ilmu Rasa (Tasawuf)!

Minggu, 02 November 2008

Sekiranya umat Islam seperti Pelangi

Bermacam perbedaan jalan menuju Ridha Allah adalah suatu Keindahan. Allah lah yang telah menciptakan segala perbedaan karena hal itu menunjukkan sifat Allah yang Kuasa dan yang Pencipta.

Sebagai umat Islam yang banyak memiliki perbedaan pendapat, keyakinan, jalan (tarekat) atau metode dalam mencapai Ridha Allah, marilah memandang setiap perbedaan itu seperti Pelangi.

Pelangi itu terdapat bermacam warna-warna cahaya (baca: golongan-golongan yang berbeda-beda),
Pelangi itu bermula dari arah yang sama (baca:bersumber dari Nabi Muhammad SAW),
Pelangi itu berakhir pada tujuan yang sama (baca:Ridha Allah SWT).
Pelangi itu antara warna/ cahaya satu dengan yang lain (baca:antar golongan) tidak ada yang saling mengganggu, walaupun terhadap warna/ cahaya yang terendah sekalipun.
Warna-warna itu saling berdampingan dengan harmonis dalam suatu perjalanan menuju tujuan yang sama sehingga tampak suatu keindahan bagi yang memandangnya (baca:para non Muslim), hingga boleh jadi akan menimbulkan rasa iri hati kepada Pelangi.

Demikianlah seharusnya sikap yang ditanamkan dalam diri sebagai yang mengaku Islam (berserah diri) dan umat Nabi Muhammad SAW.

Mungkin kita tidak dapat merubah warna-warna menjadi sesuai warna yang kita kehendaki, tapi setidaknya marilah kita melihat persamaannya yaitu tujuan akhirnya menuju mardhatillah.

Sesungguhnya Surga itu bertingkat-tingkat, tiap tingkat di huni oleh ahlinya masing-masing, antara ahli surga tempat terendah sampai tertinggi tidak ada yang saling iri dan saling menjatuhkan. Merekalah para ahli neraka yang iri kepada ahli surga. Maka jika di dunia ada umat Islam yang bersikap buruk kepada umat Islam lainnya, sungguh dia bukanlah ahli surga.


Pelangi itu tampak indah memikat, karena adanya perbedaan warna. Jika hanya satu garis warna yang melintas, akankah menjadi perhatian. Sekiranya seluruh manusia di Bumi tidak ada yang berbuat dosa/kesalahan (baca: satu warna) dan beribadah sepenuhnya kepada Allah, niscaya akan dihancurkan dunia ini dan dibangun dunia baru yang isinya banyak manusia yang berdosa. Karena Allah sangat senang melihat air mata taubatnya seorang hamba, sebagaimana senangnya orang tua melihat anaknya yang masih kecil merengek-rengek menangis agar permintaannya dikabulkan, dan orang tua sangat bangga bila dapat memenuhi permintaannya. Terkadang orang tua tidak langsung mengabulkan, bukan karena tidak mampu melainkan senang memandang Wajah anak yang sedang menangis-meminta-menghiba. DEMIKIAN PULA ALLAH BERBUAT DEMIKIAN TERHADAP DIRI KALIAN WAHAI PARA PENCARI!.

"190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat (dzikir) Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka." (Ali Imran.3:190-191)



hudan_ibnul_iman [imanprasojo@gmail.com]


*****************************
Hidup tidak pernah membatasi, tapi kita lah yang selalu membatasi hidup.
Ayat-ayat Allah tidak dibatasi oleh kitab-kitab suci atau pun Hadist,tetapi kita lah yang selalu membatasi ayat-ayat Allah.
Tak ada Ilmu mengenal Allah sebaik Ilmu Rasa, maka belajarlah Ilmu Rasa (Tasawuf)!

Selasa, 28 Oktober 2008

Iktibar untuk umat Kristiani

Iktibar untuk umat Kristiani
Oleh : Hudan Ibnul iman

Renungkan apa yang aku sampaikan ini wahai umat kristiani,
Dikatakan bahwa ciri suatu bangsa yang mempunyai nilai peradaban yang tinggi, bisa di nilai dari tata bahasa nya yang tinggi.
Selain bahasa Arab yaitu bahasa yang tercatatat dalam Al-Qur’an yang memiliki nilai tata bahasa yang tinggi, adalah bahasa Inggris yang dijadikan ia menjadi bahasa Internasional yaitu sebagai bahasa penghubung antara negara satu dengan yang lain.

Aku bertanya kepada kalian, bagaimana cara bercakap kata “MALL” dalam bahasa Inggris? Tentunya dicakap dengan “MOLL”, benar?
Kemudian bagaimana cara bercakap kata “ALL” dalam bahasa Inggris? Tentu dicakap dengan “OLL”, benar?
Demikian pula dalam tata bahasa Arab, setiap kalimat yang memiliki huruf “LAM” atau huruf “L” yang kembar atau double, cara cakapnya seperti contoh di atas dalam bahasa Inggris. Maka Umat Islam yaitu nama “ALLAH” dicakap bukan “AL-LAH”, tetapi “OLLAH”.

Tidakkah terfikirkan oleh kalian hai umat Kristiani, cara bercakap nama Tuhanmu saja sudah salah, apalagi hal-hal lainnya dalam agamamu. Nama “ALLAH” kalian cakap dengan “AL-LAH”, padahal kebanyakan dari kalian pandai bercakap “MOLL” dan “OLL” kata dalam bahasa Inggris “MALL” dan “ALL”, tidakkah kalian fikirkan?

Ketahuilah, bahwa ajaran Islam yaitu yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadist adalah untuk seluruh umat manusia, bahkan untuk seluruh alam semesta, bukan hanya untuk umat Islam saja, maka dengarkanlah firman Allah dalam Al-Qur’an untuk kalian;

“Sesungguhnya orang-orang Yang beriman, dan orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani (Kristiani), dan orang-orang Shaabien sesiapa di antara mereka itu beriman kepada Allah dan (beriman kepada) hari akhirat serta beramal soleh, maka bagi mereka pahala balasannya di sisi Tuhan mereka, dan tidak ada kebimbangan (dari berlakunya kejadian Yang tidak baik) kepada mereka, dan mereka pula tidak akan berdukacita.” (Al-Baqarah.62)

“Sesungguhnya orang-orang Yang beriman, dan orang-orang Yahudi, dan orang-orang Shaabiein, dan orang-orang Nasrani - sesiapa sahaja di antara mereka Yang beriman kepada Allah dan (beriman kepada) hari akhirat serta beramal soleh, maka tidaklah ada kebimbangan (dari berlakunya kejadian Yang tidak baik) terhadap mereka, dan mereka pula tidak akan berdukacita.” (Al-Maidah.69)

Maka tidaklah masalah kalian tetap kepada agama lama kalian sekarang, yaitu agama Kritiani, akan tetapi dengan persyaratan luruskan Aqidah keimanan kalian tentang Tuhan kalian, dengan tidak merendahkan Keagungan Tuhan kalian yaitu berlaku samakan Tuhan dengan makhluk bahwa Tuhan memiliki anak, maka Allah berfirman dalam Al-Quran untuk kalian;

“Katakanlah: "Dia ialah Allah Yang Tunggal;
Allah adalah tempat tumpuan segala sesuatu;
Ia tiada beranak, dan ia pula tidak diperanakkan;
Dan tidak ada sesiapapun Yang serupa dengan Ketunggalan Dia".(Al-Ikhlas.1-4)

Maka luruskan Aqidah keimanan kalian wahai umat Kristiani dengan tidak mengatakan Allah adalah Tuhan Bapak, dan tidak mengatakan Isa Al-Masih adalah Tuhan Anak, maka katakanlah oleh kalian Tuhan itu Satu sahaja yaitu Allah, Isa Al-Masih AS adalah sebagai Nabi dan utusan Allah, sedangkan Roh Kudus yang kalian sebut2 adalah Malaikat Suci yang membawa Ruuh Nabi Isa AS yang kemudian ditiupkan kedalam kandungan Bunda Maria (Maryam binti Imran). Tidak ada istilah “Tree in One” dalam kamus Tuhan, tetapi “One is One”.
Maka fikirkanlah, apakah sama Pembuat Sepatu dengan Sepatunya, apakah sama Ahli Kayu dengan kursi buatannya, apakah sama Pencita dengan yang diciptakanNya? Maka fikirkanlah apakah pantas Pembuat Sepatu turun tahta sebagai Sepatu, apakah pantas Ahli Kayu turun tahta sebagai Kursi kayu?
Kalian Umat Kristiani banyak memiliki orang2 pandai dalam berfikir tentang berbagai bidang ilmu pengetahuan, mengapa kalian tidak memikirkan tentang ajaran agama kalian yang di dalamnya banyak kekurang?

Sikapilah hal ini dengan sikap bijak, Allah tidak memaksakan kalian masuk sebagai Umat Islam, firman Allah;

“ Tidak ada paksaan Dalam ugama, kerana Sesungguhnya telah nyata kebenaran dari kesesatan. oleh itu, sesiapa Yang tidak percayakan Taghut, dan ia pula beriman kepada Allah, maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada simpulan (tali ugama) Yang teguh Yang tidak akan putus. dan (ingatlah), Allah Maha Mendengar, lagi Maha mengetahui.”(Al-Baqarah.256)

Juga kami sampaikan bahwa Al-Qur’an dan Hadist adalah untuk kalian pelajari isi kandungannya, karena di dalamnya adalah untuk kepentingan seluruh Umat Manusia, Firman Allah;

“Wahai umat manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan bersuku puak, supaya kamu berkenal-kenalan (dan beramah mesra antara satu Dengan Yang lain). Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang Yang lebih taqwanya di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha mendalam pengetahuannya (akan keadaan dan amalan kamu).”(Al-Hujuurat.13)

Allah dalam ayat2Nya banyak bercakap “ Hai orang-orang yang beriman atau Hai orang-orang yang percaya”, tidak berkata “Hai orang-orang Islam”, karena sesungguhnyalah Al-Qur’an dan Hadist adalah untuk kesejahteraan seluruh umat manusia dari golongan umat manapun, bagi mereka yang Imannya benar yaitu menyatakan Tuhan itu Satu yaitu Allah, maka berlomba-lombalah kalian dalam kebaikan.

Allah telah memberi kebebasan kepada manusia untuk memilih, maka janganlah kalian terikat kepada tradisi lama yaitu tradisi dari para ahli kitab ataupun para Pendeta, jika kalian menemukan suatu yang tidak sesuai dengan kebenaran akal dan hati nurani kalian. Firman Allah;

“Dan Katakanlah: "Kebenaran itu ialah Yang datang dari Tuhan kamu, maka sesiapa Yang mahu beriman(percaya), hendaklah ia beriman; dan sesiapa Yang mahu kufur (tidak percaya), biarlah dia ingkar (sebagai orang yang tidak percaya)",....”(Al-Kahfi.29)

Dan Allah juga memberi isyarat kepada manusia bahwa agama Islam adalah Agama yang di ridha’i oleh Allah, FirmanNya;
“ Sesungguhnya ugama (yang diridhai) di sisi Allah ialah Islam. dan orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberikan Kitab itu tidak berselisih (mengenai ugama Islam dan enggan menerimanya) melainkan setelah sampai kepada mereka pengetahuan Yang sah tentang kebenarannya; (perselisihan itu pula) semata-mata kerana hasad dengki Yang ada Dalam kalangan mereka. dan (ingatlah), sesiapa yang kufur ingkar akan ayat-ayat keterangan Allah, maka Sesungguhnya Allah amat segera hitungan hisabNya.”(Ali Imron.19)

Wahai umat Kristiani, Nabi kami Muhammad SAW telah bersabda kepada kami, yaitu untuk tidak menyakiti kalian yang menerima kebenaran Islam juga yang tidak berperang atau berbuat kejam terhadap Umat Islam, karena menyakiti kalian sama dengan menyakiti Nabi Muhammad SAW.

Ikutilah seruan ku ini wahai Umat Kristiani, semoga Allah selamatkan kalian di akherat nanti.

Hudan Ibnul Iman

Catatan, Himbauan untuk umat Islam terhadap suatu kaum atau Umat lain, firman Allah;
“Wahai orang-orang Yang beriman, hendaklah kamu semua sentiasa menjadi orang-orang yang menegakkan keadilan kerana Allah, lagi menerangkan kebenaran; dan jangan sekali-kali kebencian kamu terhadap sesuatu kaum (umat) sehingga itu mendorong kamu kepada tidak melakukan keadilan. hendaklah kamu berlaku adil (kepada sesiapa jua) kerana sikap adil itu lebih mendekati kepada taqwa. dan bertaqwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui Dengan mendalam akan apa yang kamu lakukan.”(Al-Maidah.8)
***********************
Hidup tidak pernah membatasi, tapi kita lah yang selalu membatasi hidup.
Ayat-ayat Allah tidak dibatasi oleh kitab-kitab suci atau pun Hadist,tetapi kita lah yang selalu membatasi ayat-ayat Allah.
Tak ada Ilmu mengenal Allah sebaik Ilmu Rasa, maka belajarlah Ilmu Rasa (Tasawuf)!

KENAIKAN BBM

KENAIKAN BBM
CERAMAH HARI AHAD, 25 MEI 2008SYEKH AL-AKBAR MUHYIDDIN SYEKH AL-AKBAR MUHAMMAD DAUD DAHLAN RA
.أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ للهِ وَحْدَهُ, وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلىٰ مَنْ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ, وَعَلىٰ ألِهِ وَصَحْبِه وَمَنْ وَالَاهُ, أَمَّا بَعْدُ: رَبِّ أَدْخِلْنِيْ مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِيْ مُخْرَجَ صِدْقٍ وَّاجْعَلْ لِيْ مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَّصِيْرًا. وَقُلْ جَآءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقًا.
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Hadirin Hadirat yang berbahagia,Kehidupan Dunia Yang FanaKehidupan dunia yang dibandingkan dengan kehidupan yang dijanjikan oleh Allah (akhirat) diisyaratkan sebagai kebijakan Rahman dan Rahim-Nya. Ar-Rahman itu adalah suatu karunia atau nikmat yang dilimpahkan oleh Allah, diminta atau tidak diberikan kepada seluruh makhluk-Nya, terutama manusia. Apakah ia iman atau tidak, taat atau tidak. Siapa saja yang telah dilimpahkan kehidupan, Allah akan memberikan rizki atasnya. Allah juga memberikan petunjuk. Petunjuk-Nya bukan hanya sebatas petunjuk tentang kehidupan dunia semata, tapi juga akhirat. Kehidupan dunia garis besar kebijakannya dilambangkan sebagai kebijakan Ar-Rahman. Adapun kebijakan kehidupan yang abadi merupakan kebijakan Ar-Rahim. Ar-Rahman merupakan suatu nikmat atau karunia yang nilainya sedikit. Yang sedikit ini dibagi-bagikan dan sekaligus diperebutkan oleh makhluk-Nya, khususnya umat manusia. Masing-masing golongan (kelompok) baik yang iman maupun kafir berlomba-lomba ingin memonopolinya, ingin menjadi penguasa dan berjaya. Padahal nikmat dunia (sebagai kebijakan Ar-Rahman) itu akan fana. Arti fana adalah punah, hancur atau binasa. Baik sempat kita nikmati atau tidak semuanya akan berubah menjadi sesuatu yang tidak berguna. Wujudnya berubah dari bermanfaat menjadi tidak bermanfaat. Misalnya kita mempunyai beras, lauk pauk, minyak goreng, dsb. Setelah kita nikmati, setelah berproses berubah menjadi kotoran. Kalau tidak kita gunakan akan berkurang nilainya, beras menjadi tengik dan berkutu, minyak goreng menjadi anyir, lauk pauk menjadi basi, dst.Benda mati pun demikian. Dipakai atau tidak akan menjadi rusak (fana). Kalau kita mempunyai mobil atau motor tapi tidak digunakan, kita simpan di gudang. Akhirnya menjadi karat (rusak). Dan bila digunakan terus menerus mesinnya menjadi aus.Kalau kita percaya dunia ini akan fana, mengapa kita betah hidup di dunia? Mengapa sih berebut terus urusan dunia? Ditawari oleh Allah nikmat yang lebih agung kok susah amat? Ditunggu-tunggu masjid penuh, nggak penuh-penuh juga nih masjid! Kira-kira, kalau langsung dibayar kontan, apakah lebih memilih datang duluan atau belakangan? Kalau tahu rahasia yang akan Allah berikan dalam majelis ini, mau datang duluan atau belakangan?Keluasan anugerah Ar-Rahman itu tidak akan mampu kita menikmatinya. Klimaks dari anugerah Ar-Rahman itu menyebabkan kita tidak berdaya menerimanya. Ibaratnya seperti makan kekenyangan. Ar-Rahim merupakan kumpulan dari gugusan anugerah Ar-Rahman yang tak terhingga. Nilai Ar-Rahim yang dijanjikan Allah inilah yang mesti kita perjuangkan.Seseorang yang tergiur dan terobsesi dengan nilai yang dijanjikan Allah itu akan termotivasi bermujahadah (bersungguh-sungguh) untuk meraihnya. Tentu ia akan datang di awal waktu, tidak di akhir waktu. Jika keinginannya ingin yang mudah terus, bukan ibadah namanya!
************Kehidupan akhirat merupakan suatu nilai kebijakan yang berada dalam genggaman Kekuasaan Allah, Al-Khaliq, yang menciptakan segala makhluk-Nya termasuk manusia. Apakah makhluk mampu menilai Keagungan dan Perbuatan Khaliqnya? Jika boleh mengambil sample (ibarat), sebuah cangkir adalah ciptaan dan manusia adalah penciptanya [Menurut ketentuan Aqidah kita tidak boleh membandingkan Al-Khaliq dengan benda apapun di dunia ini. Namun sebagai ibarat boleh-boleh saja untuk memudahkan qiyas (logika) pemahaman]. Menciptakan dan mengolah itu berbeda. Menciptakan adalah mewujudkan sesuatu dari ketiadaan. Sedangkan mengolah adalah mewujudkan sesuatu dari sesuatu yang telah ada materinya. Misalnya membuat sambal bukan dikatakan menciptakan sambal, tapi mengolah sambal. Usaha meracik bukan menciptakan.Allah SWT sendiri mengungkapkan perbuatan dalam mewujudkan sesuatu dari sesuatu yang belum ada menggunakan kata 'menciptakan' (خلق). Sedangkan untuk sesuatu yang telah ada dengan menggunakan 'menjadikan' (جعل). Firman Allah:"Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang lebih mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang lebih taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Mengetahui lagi Mengenal". (Q.S. Al-Hujurat: 13)Setelah Allah menggunakan kata 'menciptakan' (خلق) pada ayat itu, kemudian Allah menggunakan kata 'menjadikan' (جعل). Artinya: memproses, meracik, membentuk. Berbeda dengan arti 'menciptakan' yang berarti mewujudkan sesuatu dari ketiadaan sebelumnya. Itulah tata tertib bahasa yang dibangun dalam Al-Quran al-Karim.
************Masalah Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak)Sekarang ini kita saksikan banyak aksi demonstrasi meminta untuk menurunkan harga BBM. Sampai-sampai mereka menginap berhari-hari, merusak fasilitas kehidupan. Mereka mengatasnamakan rakyat dengan slogan-slogan 'Mahasiswa adalah suara spiritual rakyat'. Kapan mahasiswa menandakan kesepakatan untuk mewakili rakyat Indonesia? Seenaknya mereka menyatakan bahwa mereka mewakili Rakyat tanpa melalui kesepakatan dengan Rakyat!! Segala sesuatu itu mesti melalui perjanjian mufakat di atas kertas. Apakah perbuatan merusak fasilitas negara dan rakyat itu dikatakan sebagai 'mewakili rakyat?!'Kalau Anggota DPR dan Presiden, apakah kita sebagai rakyat sudah ada kesepakatan dengan mereka? Tentu sudah, dengan melakukan proses demokrasi melalui Pemilihan Umum. Tapi kalau mahasiswa, kapan mereka mengadakan kesepakatan kerja yang menghasilkan komitmen bahwa mereka adalah mewakili suara rakyat? Bagaimana kita memilihnya, pemikirannya saja kurang cermat.Kenaikan suatu komoditas, adalah merupakan suatu proses alamiah. Apalagi komoditas kebutuhan manusia itu terbagi 3 (tiga). Pertama, ada yang bisa diproduksi ulang dan ditingkatkan jumlah dan kapasitasnya. Kedua, ia tidak berkurang dan bertambah. Ketiga, komoditas yang selalu berkurang dan tidak bisa bertambah lagi. Ketiga-tiganya sepanjang kepemimpinan siapapun akan naik, walaupun SBY yang pimpin negara ini, walaupun Wiranto, walaupun Megawati, bahkan Gus Dur naik lagi! BBM dan sembako akan selalu naik!Dari dulu demo 'turunkan harga', 'turunkan harga', tapi tidak pernah terpenuhi. Harga-harga tetap naik. Kenaikan itu adalah proses alamiah bagi orang yang tidak percaya kepada Tuhannya. Bagi yang percaya, itu adalah proses sunnatullah, yakni sudah menjadi Qudrat dan Iradat Allah. Apakah kita hidup di satu tempat terus? Apakah kita bergantung kepada orang tua terus?Pertumbuhan penduduk apakah tidak semakin bertambah? Jika bertambah pertumbuhan penduduk, berarti bertambah kebutuhan komoditas. Bertambahnya pertumbuhan membutuhkan pertambahan produksi. Tidak ditingkatkan saja harga tetap naik, apalagi ditingkatkan. Jika ditingkatkan produksi, berarti bertambah pula biaya produksinya. Itu komoditas yang bisa diproduksi ulang.Ada komoditas yang tidak bisa ditambah dan dikurang. Seperti tanah, tidak berkurang atau bertambah. Nilai jualnya terus menerus naik. Yang tadinya murah kemudian menjadi mahal.Kalau BBM (Bahan Bakar Minyak), yang diambil dari perut bumi. Karakteristiknya sebagai energi fosil. Kalau digunakan apakah semakin berkurang atau bertambah? Bisakah ditingkatkan? Bisakah diproduksi ulang?!Komoditi yang bisa diproduksi ulang saja memiliki kecenderungan naik harganya apalagi yang selalu berkurang (tidak bisa diproduksi ulang)!! Kenaikannya adalah pasti dan mutlak!!Apakah ketentuan kenaikan harga BBM itu merupakan kebijakan SBY? Atau pengaruh globalisasi dunia (kehidupan)? Karena Pejabat Pemerintah tidak mampu memberikan penjelasan yang fokus dan tidak menimbulkan ketegasan kepada rakyatnya, akhirnya penjelasannya masuk kuping kanan keluar kuping kiri.Penyelenggaraan pemerintahan sekarang ini dengan adanya kebijakan memperbolehkan setiap warga negara menyampaikan pendapatnya di tempat umum adalah suatu kebijakan yang keliru. Hal itu membuktikan bahwa yang menjadi pemimpin di negara ini dan yang dipimpin sama-sama tidak PeDe. Yaitu sama-sama tidak yakin sebagai pemimpin dan tidak merasa sreg untuk dipimpin sebagai rakyat. Sehingga siap dikoreksi, dikritik dan didemo. Sedangkan tuntutan dalam kehidupan bernegara ingin menjadi bangsa yang maju, makmur sejahtera yang diakui dan dihormati masyarakat dunia. Eh, stabilitas nasional-nya acak-acakan. Di sana-sini demo, perusakan (anarkis), perkelahian antar warga, dsb. Kira-kira, apakah investor mau menanamkan investasi (modal)nya di negara kita dengan keadaan seperti itu?! Maka keinginan untuk menjadi negara yang makmur sejahtera adalah hanyalah mimpi di siang bolong!Jika mereka mau mendengar dan bersandar pada aspirasi Idrisiyyah ini, Insya Allah negara ini akan dibangkitkan. Karena apa yang diajarkan di pengajian merupakan suatu kebijakan yang fitrah. Makhluk yang lahir dengan makhluk yang mati jumlahnya banyak yang mana? Banyak yang makan atau berkurang yang makan? Sementara komoditas berkurang. Kita tidak memihak (dalam perkara BBM) kepada salah satu golongan, apakah pemerintah atau yang berdemo. Tapi kita berpihak kepada Allah SWT. Yang punya neraka dan syurga siapa? Jika kita tidak taat kepada Allah dikemanakan kita? Jika kita taat kepada Allah dikemanakan kita? Jika kita tidak taat kepada negara dikemanakan kita?Kita tidak perlu goncang. Karena semuanya akan naik, BBM naik, sembako naik, bea jasa naik, termasuk gaji jua naik. Dan kembali seperti semula. Bahkan pengemis pun naik penghasilannya. Tukang minta-minta aja sudah tidak mau dikasih uang seratus, mereka menggerutu. Kalau naik semua tidak masalah. Yang menjadi masalah sebenarnya jika BBM naik, yang lain tidak naik! Mengapa pada ribut?!Mengapa kita bodoh sekali. Pantas bangsa ini dari dulu memang maunya dijajah melulu. Pertama dijajah oleh kondisi alam yang memanjakannya. Ditanam saja sebatang kayu, eh tumbuh dan berbuah. Kemudian datang para penjajah. Kita diperbodoh, dimanjakan. Fasilitas umum dibangun di mana-mana. Jalan raya dibangun, Rel kereta api dibangun, dsb. Pendek kata, masyarakat Indonesia tidak usah capek-capek kerja, biarlah mereka yang bekerja! Di satu sisi para penjajah mengambil keuntungan, dan di lain sisi kita dimanja oleh mereka.Akhirnya timbullah iri hati. Berontak ingin merdeka. Diupayakanlah pemberontakan untuk melawan mereka (para penjajah). Alasannya adalah revolusi perjuangan kemerdekaan, padahal sebabnya adalah kecemburuan sosial karena hidupnya sial melulu. Kemudian setelah merdeka masing-masing berebut (posisi). Pada awalnya mereka berjibaku saling berjuang sendiri-sendiri. Teuku Umar berjuang sendiri, Pangeran Diponegoro berjuang sendiri, Patimura berjuang sendiri, Imam Bonjol berjuang sendiri, Sultan Hasanudin juga berjuang sendiri. Apakah berhasil?! …. Padahal mereka semua Islam lho?!. Dalam perjalanan sejarah ketika seluruh bangsa bersatu padu, memilih satu figur yang dipercaya. Senjata pejuang kala itu adalah bambu runcing. Apakah mereka menang melawan penjajah? Menangnya bangsa ini sebab dibomnya Hiroshima dan Nagasaki. Apakah yang mengebom adalah bambu runcing? Yang mengebom adalah takdir Allah! Dengan dibomnya kota tersebut, pemimpin kita kala itu ada peluang untuk menyatakan kemerdekaan. Jadi, merdekanya negara Republik ini disebabkan perjuangan bangsa Indonesia atau Rahmat Allah? Syari'atnya adalah Rahmat Allah. Itulah Rahman dan Rahim-Nya Allah! Apakah mereka semua sudah kembali kepada Allah? Perubahan iklim dan bencana terjadi di mana-mana. Apakah gempa berhenti? Firman Allah SWT: Zhoharol fasaadu fil barri walbahri bimaa kasabat aydinnaas, liyudziiqohum ba'dhol ladzii 'amiluu la'allahum yarji'uun"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang lurus)". (Q.S Ar-Rum: 41)Yang ada sekarang bukan sadar kembali kepada Allah, tapi yang ada ribut melulu! Eh, memaksakan kontribusi untuk memberikan solusi terhadap perubahan iklim.Yang mengetahui perubahan iklim dengan yang tidak banyakan yang mana? Yang mempunyai modal dengan yang tidak banyak yang mana? Yang peduli terhadap perubahan iklim dengan yang tidak banyak yang mana?Ketika Bapak mancing di laut, begitu ditarik pancingnya ternyata berat sekali. (Dikira ada ikan besar yang ketarik), eh.. gak tahunya hanya sampah. Padahal siapa yang betah tinggal di laut? Manusia jarang ada yang betah di laut. Digoyang sedikit saja perahunya saja sudah mabok!Selain itu saat berangkat ke laut membawa bekal, di antaranya air dalam kemasan botol aqua. Setelah di tengah laut sehabis minum, enak saja membuang botol minuman ke tengah laut. Pantas, banyak sampah di bawah dasar laut. Begitu teringat himbauan Presiden negara Republik Indonesia, 'Jagalah kesehatan lingkungan. Janganlah membuang sampah sembarangan!' Akhirnya Bapak membawa bekas kemasan minuman itu ke darat, lalu dibuang ke tempat sampah. Eh, ketika beberapa menit kemudian Bapak melihat tukang sampah membuangnya ke laut lagi! Laa Ilaaha Illallaah! Mau dibilang apa hadirin?! Kira-kira kita mampu memberikan solusi kepada kehidupan ini?Kalau kita percaya kepada Rukun Iman, kehidupan ini bakal kiamat. Itulah gambaran cerita tadi, sampah dari laut dibawa ke darat kemudian dibuang ke laut lagi! Itulah gambaran bahwa kerusakan itu akan terus berlangsung. Sudahlah, kita hidup di dunia ini jangan memasang target, capek! Lebih baik dan utama kita memposisikan diri sebagai Hamba Allah saja. Aman!! Mau jaya atau tidak, mau berubah iklim atau tidak, mau jadi bangsa yang disegani atau tidak, kita berposisi sebagai hamba Allah saja. Selama ini kita maunya menjadi hamba manusia, padahal yang memiliki surga itu Allah!! Jika kita duduk sebagai hamba Allah, duduk di mana saja Insya Allah akan mendapat jaminan dan diselamatkan oleh Allah. Tidak ada pilihan!Jika bangsa ini tidak bersandar pada kebijakan Tarekat Idrisiyyah yang membawa misi Ilahiyyah, niscaya tidak akan mendapatkan solusi.Bagi Allah mudah. Syari'atnya sebuah tongkat, eh begitu dipukul di tengah laut berubah menjadi jalan raya! Kun (Jadi)! Fayakun (Maka jadilah!) Jika seseorang sudah menjadi Abid (hamba) Allah, tentu mudah bagi Allah merubah dan memberikan solusi baginya. Sebab kehidupan ini yang membangun adalah Allah SWT! Apakah Nenek Moyang kita? Ibu Pertiwi? Kapan Ibu Pertiwi membeli tanah air ini dari Allah?! Pantas negara ini tidak akan menjadi bangsa yang dibangkitkan oleh Allah, walau diperingati seabad kebangkitannya.Apakah acara Karnaval kemarin kita memperingati seabad kebangitan nasional secara khusus atau kebangkitan Rahmatan lil 'Alamin? Benderanya Ilahiyyah, bukan Insaniyyah.
************Peran Allah sebagai 'Rabb' dan 'Malik'Allah dalam kehidupan ini memposisikan Diri-Nya sebagai Rabbul 'Alamin, Tuhan alam semesta. Kemudian ketika sampai waktunya di Padang Mahsyar, memposisikan Diri-Nya sebagai Raja, Maaliki Yawmid Diin. Di dunia Allah sebagai Rabb, di akhirat sebagai Malik. Apa yang membedakannya? Rabb atau Tuhan, artinya Pendidik, Pembangun, Pembimbing kehidupan, Pengasuh Iman Islam. Itulah posisi Allah dalam kehidupan dunia, bukan sebagai Penguasa. Kalau Malik atau Raja, kedudukannya sebagai Penguasa. Karakteristik Penguasa adalah membalasi yang benar dan yang salah. Yang benar dibalasi dengan syurga, dan yang salah dibalasi dengan neraka.Maka kita saksikan dalam kehidupan ini, yang iman diberi rezeki dan yang kafir juga diberi rezeki, yang rajin diberi makan dan yang malas diberi makan. Yang shalat tidak langsung diberi ganjarannya, dan yang kafir pun tidak langsung diberi hukuman. Kehidupan ini adalah cobaan.Kullu nafsin dzaa-iqotul mauut, wanabluukum bisy-syarri walkhoyri fitnah, wailaynaa turja'uun"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan". (Q.S. Al-Anbiya: 35)Yang iman diuji, yang kafir diuji, yang taat diberi rezeki, yang tidak taat juga diberi rezeki, yang satu diberi petunjuk dan yang lain juga diberi petunjuk. Itulah sifat-sifat kehidupan Allah dalam kehidupan dunia. Siapa yang rajin maka dilebihkan dunianya, dan siapa yang malas maka dikurangi dunianya. Semuanya tidak ada yang langsung dihukumi oleh Allah. Karena Allah dalam kehidupan dunia bukan sebagai Raja atau Penguasa. Jika saja Allah berkedudukan sebagai Penguasa sebagaimana dalam Republik ini, seperti kelakuan mahasiswa yang melanggar etika dalam kehidupan masyarakat dengan menimpuki rumah orang, merusak fasilitas umum dan tempat belajarnya, maka Penguasa mengambil tindakan dengan menghukum mereka dan memasukkannya ke dalam penjara. Ini adalah karakteristik kebijakan Penguasa. Allah di dunia ini tidak berkedudukan sebagai Penguasa, nanti di Yaumil Qiyamah. Yang melaksanakan sholat diuji dan yang tidak melaksanakan sholat diuji. Sebab banyak yang melaksanakan sholat, tidak istiqamah sholat. Akhirnya, yang beriman tidak konsisten dengan keimanannya dan yang tidak beriman (kafir) tidak konsisten dengan kekafirannya. Ada yang ketika kecil hingga besar tidak tampak keislamannya, tiba-tiba ia mendapatkan hidayah (masuk Islam) dan di akhir usianya husnul khatimah. Ada pula yang tampak sekali kesalehannya, rajin shalat tapi tidak tahunya tukang copet (meskipun namanya Sholeh!).Benarlah firman Allah: Wamal hayatud dun-ya illaa mataa'ul ghurur"Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan". (Q.S. Ali Imran: 185)Semuanya serba relatif. Kita sebagai manusia kebanyakan ingin yang instan-instan, ingin yang mudah-mudah, segala urusan inginnya yang gampang-gampang, kalau kita sholat inginnya diberi upah, dan yang menzhalimi diri kita segera ditangkap dan disiksa. Orang yang bekerja di sawah setelah sholat melihat lumbung padinya penuh. Itulah kemauan kita.Kalau demikian, kita usul saja sama Allah agar Dia saat ini berkedudukan sebagai Malik, tidak sebagai Rabb. Sehingga sebagai Malik (Penguasa) segalanya dibalasi kontan. Ada yang sholat 2 raka'at dibayar 2 juta, dan 4 raka'at 4 juta. Jika seluruh shalat wajib dilaksanakan dalam sehari semalam maka ia mendapatkan 17 juta (17 raka'at). Belum dengan shalat sunatnya. Tentu ibadahnya semangat. Masjid akan menjadi penuh dan perlu pengamanan yang ekstra. Bila perlu disewa polisi yang cukup untuk menghindari perebutan upah, seperti program bantuan kemiskinan dari Pemerintah (BLT: Bantuan Langsung Tunai). Nah, kira-kira kita datang ke masjid duluan atau belakangan?! Apakah semuanya akan beriman? … Tentu beriman, karena dibayar! Sekarang dengan kondisi seperti itu, orang yang kafir semuanya dimasukin penjara! Kira-kira semuanya kapok (jera) gak?! … Tentu mereka akan kapok! Dengan kedudukan Malik fid Dun-ya, semua manusia akan beriman kepada Allah. Kalau semuanya beriman, apakah pantas disebut beriman kalau tidak ada yang kafir? Begitu pula dalam kehidupan dunia ini, apakah pantas disebut perempuan jika kaum prianya tidak ada? Apakah pantas disebut manusia jika tidak ada makhluk lainnya?Akhirnya tidak ada evaluasi. Jika tidak ada evaluasi maka tidak ada yang disebut balasan kebaikan atau keburukan. Jika tidak ada balasan maka tidak ada syurga dan neraka. Tidak ada sebutan Ad-Dun-ya mazro'atul aakhirah [Dunia adalah ladangnya akhirat, Al-Hadits]Jadi, relevan sekali mengapa Allah memposisikan Diri-Nya sebagai Robbul 'Alamin. Itulah kebijakan Dienul Islam! Jika kita tidak diuji, tidak dituntut bermujahadah dalam segala urusan, mengharapkan segalanya mudah, ingin yang serba instan, ingin dibalas amal kita, … bukanlah semua itu namanya ibadah, bukan pula namanya pengorbanan, bukanlah namanya perjuangan.Ini adalah perjuangan, di mana Allah ingin melihat dan menilai siapa di antara kita yang lebih taqwa di hadapan-Nya. Liyabluwakum ayyukum ahsanu 'amalaa [Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya, Q.S. Al-Mulk: 2]. Maka patutlah Allah menjanjikan syurga dan pahala bagi kita semua.Coba kita perhatikan, transaksi yang tata nilainya rendah nilainya berbeda dengan yang tinggi. Transaksi jual beli yang rendah seperti: jual beli pisang goreng, tahu goreng, berbeda dengan nilai yang lebih tinggi seperti jual beli motor, mobil, rumah dsb. Apalagi transaksi untuk negeri akhirat, tidak terukur nilainya dengan apapun di dunia ini. Jual pisang lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan menjual rumah, tapi keuntungannya tidak sama. Kehidupan dunia dan kehidupan akhirat tentu berbeda pula kemudahan dan keuntungannya.Firman Allah SWT: "Hai orang-orang yang beriman, sukakah kalian Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kalian dari azab yang pedih? (yaitu) kalian beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Itulah yang lebih baik bagi kalian, jika kalian mengetahui". (Q.S. Ash-Shaff: 10-11)Berjihadlah di atas jalan kebijakanNya, suka atau tidak suka, ringan atau berat, sesuai zaman atau tidak, sesuai dengan budaya nenek moyang atau tidak, agar terhindar dari siksa yang pedih. Didasari keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kita mengetahuinya. Itulah perdagangan yang agung di sisi Allah SWT.Di dunia saja kita sudah membuktikan, ada perdagangan yang nilainya rendah dan ada yang tinggi. Proses perjuangan dalam mencapainya juga ada yang ringan dan ada yang berat. Untuk menjadi seorang dokter berbeda perjuangannya dengan pedagang pisang goreng. Kalau ingin menjadi tukang pisang goreng tidak perlu sekolah, lebih baik malas-malasan, banyak main.Kegagalan itu salah siapa? Salah kita sendiri! Allah telah memberikan peluang dan petunjuk kepada kita. Kita salah memilih. Memilih yang bagus atau yang jelek? Yang tinggi atau yang rendah? Pilihlah berjual beli dengan Allah! Innallaahasytaroo minal mu'miniina anfusahum bi anna lahumul jannah"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka". (Q.S. At-Taubah: 111) Maka, ujiannya berat. Datang ke sini (mengaji), telat (terlambat) atau duluan? Mulai pengajian jam 9, datang jam 9! Selesai mengaji jam 12, selesai jam 12! Datangnya sih terlambat, akhirnya mulainya juga terlambat. Begitu ada pembahasan panjang mengeluh, 'Aduh, kaki udah pegel dan kesemutan nih. Kok, belum kelar (selesai) juga pengajiannya!' Yang ada hanya menggerutu. Padahal sedang dikasih tiket syurga. Dikasih syurga nggak mau, dikasih akhirat nggak mau, dikasih dunia malah berebut. Mending amanah! Kalau tidak amanah bagaimana?!Marilah kita berjuang di jalan Allah (Fii Sabilillah) berkurban dengan harta, dan jiwa raga, Insya Allah kita diselamatkan di dunia dan akhirat. Jadi, tujuan kita masuk ke dalam kebijakan Islamiyyah adalah memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Bukan tujuan mendapatkan syafa'at.Mudah-mudahan seluruh jama'ah Idrisiyyah mendapatkan syafaat dari Rasulullah Saw! ……. Kok, nggak ada yang mengaminkan?! ... [Pada umumnya umat Islam mengaminkan do'a ini]. Syafa'at itu apa? Syafa'at adalah pertolongan. Biasanya yang ditolong itu orang yang selamat atau celaka? Yang celaka itu yang teledor (sembrono) atau yang apik (bagus)? Yang celaka itu adalah yang sembrono dalam menjalankan agamanya? Yang celaka itu masuk neraka. Jadi, mau gak disyafa'ati?Syafa'at yang diberikan oleh Nabi Muhammad Saw itu adalah diperuntukkan bagi umatnya yang berdosa besar. Kita mau menjadi umat yang berdosa besar? Benderanya saja Al-Islamiyyah, yakni keselamatan. Maka, masuklah ke dalam Islam menuju keselamatan dan jangan menuju kecelakaan dengan mengharapkan syafa'at. Siapa yang mengharapkan syafa'at adalah orang yang menanti kecelakaan! Orang yang menanti kecelakaan adalah orang yang lalai kepada ayat-ayat Allah!Nabi Saw bersabda: Syafa'atku diberikan kepada umatku yang berdosa besar. Orang yang berdosa besar itu digiring ke dalam neraka dalam keadaan haus.Laa yamlikunasy-syafaa'ata illaa manit takhodz 'indar rohmaani 'ahdaa"Mereka tidak berhak mendapat syafa'at kecuali orang yang telah mengadakan Perjanjian di sisi yang memiliki kebijakan rahman". (Q.S. Maryam: 87)Kecuali orang yang telah mengambil perjanjian (bai'at). Sebab orang yang tidak berbai'at, Nabi Saw bersabda:Rasulullah SAW bersabda:Wamam maata walaysa fii 'unuqihii bay'atan maata miitatan jaahiliyyah"Siapa yang mati sedang ia tak pernah ada bai'at pada dirinya, sungguh ia mati seperti kematian orang jahiliyyah". (HR. Muslim)Wamam maata bighoyri imaam maata miitatan jaahiliyyah"Barang siapa yang mati tanpa (mempunyai) seorang imam, maka ia mati dalam keadaan jahiliyyah". (HR. Ahmad)Bagi yang telah berbai'at meskipun ia orang yang durhaka dan kemudian masuk neraka, sekurang-kurangnya akan diselamatkan dengan mendapatkan syafa'at (pertolongan). Dan orang yang dapat memberikan syafa'at itu adalah sebagaimana sabda Nabi Saw: Yasyfa'u yawmal qiyaamati al-Anbiya' tsummal 'Ulamaa tsummasy- Syuhadaa' [Yang memberikan syafa'at itu adalah dari kalangan para Nabi, Al-Ulama dan Asy-Syuhada].Yang disebut Al-Ulama adalah bukan sembarang ulama, sebab arti Ulama bisa disalah artikan sebagai cendekiawan (yang berilmu). Sedangkan cendikiawan tidak hanya di dalam Islam saja, tapi di luar Islam juga ada. Maka yang disebut Al-Ulama itu adalah Ulama tertentu yang diserahi mandat sebagai Khalifah Rasulullah Saw disetiap zamannya. Sedangkan yang dimaksud Asy-Syuhada bukanlah pahlawan nasional, atau pahlawan yang menegakkan dunia, tapi pahlawan yang telah membangunkan syari'at Islam di dalam dirinya. Orang lain tidak berjenggot, ia berjenggot. Kebanyakan orang tidak bergamis, ia bergamis. Sementara orang banyak yang lalai kepada Allah, ia berdzikir. Orang lain banyak yang tidak bersedekah dan berwakaf, ia malah melakukannya. Itulah orang yang syahid. Itulah orang yang selamat.Namun seumpama kita lalai, minimal kalau sudah ada ikatan bai'at (perjanjian) dengan petugas Allah yang disebut Al-'Ulama yang menjadi Pewaris Nabi yang membawa kebijakan Ar-Rahman, niscaya akan mendapatkan syafa'atnya. Yang dimaksud dengan kebijakan ar-Rahman adalah kebijakan untuk seluruh umat manusia, bukan hanya untuk umat Islam. Banyak tokoh dan lembaga Islam yang berani mewakili umat Islam dengan gagasan Jihad, tapi kebijakannya hanya sebatas untuk umat Islam saja.Kalau kebijakannya meliputi seluruh umat, yang Islam dilayani, dan yang tidak pun dilayani. Nah, kalau kita lihat petugas DKM Masjid terkemuka di ibukota, raut wajahnya tidak ada senyumnya, tampangnya cemberut, sikapnya kaku, bagaimana bisa melayani umat di luar Islam?Jika Pengurus Masjid tidak mengerti Wajilat Qulubuhum [lihat Q.S. Al-Anfal: 2] maka ia tidak bisa menghadapi persoalan fenomena orang yang sedang berdzikir dengan khusyu' di masjid. Sehingga ia akan menganggap berdzikir dengan jahar (suara keras) dianggap sebagai teriak yang tidak mempunyai nilai dan dianggap bid'ah! Wah, ini kan masjid Manca Negara! Gak boleh teriak-teriak di masjid! … Memangnya kebenaran itu diukur dari Manca Negara! Padahal teriak itu relatif, ada yang haq dan ada yang bathil. Marilah kita berjual beli atau bertransaksi dengan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya, di mana Allah menjanjikan syurga dan memperingati kita akan neraka. Oleh karenanya, marilah kita berbondong-bondong kepada kebijakan Allah, baik urusan dunia maupun akhirat.Tadi saja kita telah mengevaluasi masalah kenaikan BBM, yang ternyata urusan dunia saja kita tidak mengerti apalagi urusan akhirat, yang nilainya tidak terhingga! Semoga kita semua diberi petunjuk oleh Allah, dosa-dosa kita diampuni-Nya, baik yang kecil maupun besar, baik yang diketahui atau tidak, yang kita ingat atau tidak, yang lalu atau yang kemudian. Dengan sebab ampunan itu Allah melimpahkan kasih sayang-Nya kepada kita, sehingga Allah tidak akan bosan-bosannya memberikan rizki dan nikmat, yang halal dan baik. Mudah-mudahan Allah memberikan petunjuk jalan yang lurus, dan memberikan kekekuatan Iman dan Islam, sehingga mampu mencapai keridhaan Allah SWT. Semoga kita semua dikondisikan sebagai hamba-Nya, sebab Allah hanya memperkenankan alam syurga itu hanya kepada hamba-Nya. Mudah-mudahan kita dijadikan hamba Allah yang memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Keberadaan kita menjadi baik untuk diri dan untuk orang lain, selamat untuk diri kita juga selamat untuk orang lain baik iman maupun yang kafir. Semoga kita diluluskan dari cobaan yang kita terima di dunia ini, sehingga kita memperoleh kebahagiaan yang dijanjikan oleh Allah SWT.Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

******************
Hidup tidak pernah membatasi, tapi kita lah yang selalu membatasi hidup.
Ayat-ayat Allah tidak dibatasi oleh kitab-kitab suci atau pun Hadist,tetapi kita lah yang selalu membatasi ayat-ayat Allah.
Tak ada Ilmu mengenal Allah sebaik Ilmu Rasa, maka belajarlah Ilmu Rasa (Tasawuf)!

Ceramah Penutupan PQN ke-107

Ceramah Asy-Syekh Al-Akbar Muh. Daud Dahlan
Malam Penutupan PQN ke-107, 3 Agustus 2008

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ للهِ وَحْدَهُ, وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلىٰ مَنْ لاَ نَبِيَّ بَعْدَه, وَعَلىٰ ألِهِ وَصَحْبِه وَمَنْ وَالَاهُ, أَمَّا بَعْدُ: رَبِّ أَدْخِلْنِيْ مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِيْ مُخْرَجَ صِدْقٍ وَّاجْعَلْ لِيْ مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَّصِيْرًا. وَقُلْ جَآءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقًا.

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Hadirin Hadirat yang berbahagia,
Sebagaimana biasanya dan hendaknya kita senantiasa memanjatkan puji syukur ke Hadirat Allah SWT yang telah dan selalu melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua.
Sholawat dan salam tentunya juga kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya sekalian.
Hadirin Hadirat,
Pada acara Penutupan Pekan Qini Nasional yang ke-107 malam hari ini, yang dirangkaikan dengan acara Isra wal Mi’raj Nabi Muhammad Saw, kita lanjutkan pembahasan sebelumnya tentang Taqwa yang sebenarnya. Hal tersebut diawali oleh seruan Allah SWT untuk orang-orang yang beriman agar bertaqwa dengan sebenar-benarnya. Ternyata setelah diuraikan dengan panjang lebar berdasarkan beberapa keterangan Al-Quran dan Al-Hadits terevaluasilah bahwa yang dimaksud taqwa yang sebenarnya bagi orang-orang yang beriman itu adalah masuk kepada wilayah kepemimpinan Ilahiyyah.
Jika Dienul Islam dikategorikan seperti agama yang lainnya atau di satu sisi dikatakan bahwa agama lain itu sama dengan agama Islam. Maka dari segi keilmuan, sumber-sumber informasi, sumber yang menjadi dasar hukum atau referensi, Dienul Islam tidak sama dengan agama Islam. Kalau dikatakan agama Islam sama dengan lainnya, itu disebabkan keilmuan mereka tentang Dienul Islam selama ini hanya baru diuraikan, dijabarkan, digambarkan, ditafsirkan dengan kapasitas yang memiliki kemiripan dengan agama lainnya. Termasuk dalam bentuk praktek (amaliyyah)nya. Mereka tidak mengenal ’Amilush-Shalih walaupun dalam Al-Quran disebutkan. Mereka yang menyamaratakan bahwa Agama Islam sama dengan agama lainnya adalah karena mereka yang tidak mengerti dan tidak mampu membedakan mana yang Amal shalih dan ‘Amilush Shalih.
Kalau pun mereka mengucapkan Sunnah Nabi, tapi hanya di lisan saja dari apa yang mereka baca. Tapi dalam prakteknya mereka belum bisa membedakan mana yang dinamakan Sunnah Nabi dan mana yang dinamakan Sunnah nenek moyang mereka. Akhirnya, yang seharusnya Dienul Islam yang diwahyukan melalui Jibril As kepada Nabi Muhammad Saw disamaratakan dengan agama lainnya.
Bunyi dan istilahnya saja berbeda. Agama terdiri dari kata ‘a’ dan ‘gama’. ‘a’ artinya tidak, dan ‘gama’ artinya kacau. Secara keseluruhan artinya tidak kacau. Kata lain tidak kacau adalah keteraturan. Hanya sebatas itu. Arti agama itu adalah keteraturan.
Bagaimana dengan Dien? Saat malaikat Jibril As menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad Saw berupa Al-Quran al-Karim, ia tidak pernah menampakkan wujud aslinya atau dalam bentuk lainnya. Yang tampak adalah ekspresi Nabi Muhammad dalam bentuk fenomenal yang berganti-ganti . Terkadang Beliau bergetar, menangis, menampakkan wajah merah padam, dll. Karena teramat berat menerima wahyu yang disampaikan atasnya.
Tapi ketika Beliau (Jibril As) ingin mengajarkan Dienul Islam kepada Nabi Muhammad Saw, Beliau menyampaikannya dalam bentuk fisik (menyerupai orang musafir) bukan dalam bentuk ruhani.[i]
Malaikat Jibril As bertanya tentang Iman Islam dan Ihsan, dan semuanya dijawab oleh Nabi Muhammad Saw. Setiap jawaban yang diungkapkan Nabi Saw dijawab oleh Jibril As dengan ‘Shadaqta’ (benar engkau!)
Berdasarkan cerita ini sebenarnya bukan malaikat Jibril yang belajar kepada Nabi Muhammad Saw, tapi sebaliknya, Nabi Muhammad Saw diajarkan oleh malaikat Jibril As. Rahasia di balik cerita tersebut adalah bahwa pengajaran Dienul Islam menyangkut aspek lahiriyyah, sehingga malaikat Jibril As tidak menampakkan dirinya secara ruhaniyyah, tapi secara lahir dalam bentuk pemuda yang tidak dikenal.
Pada saat malaikat Jibril bertanya kepada Nabi Muhammad Saw, sebenarnya ia telah menyalurkan energinya melalui tangan yang menyentuh pahanya, sehingga Nabi Muhammad Saw bisa menjawab semua pertanyaan yang disampaikan oleh malaikat Jibril As. Inilah adab agung yang diperlihatkan malaikat Jibril As kepada Rasulullah Saw. Beliau tidak mengajarkan secara langsung, tapi tidak langsung. Dalam berbagai posisi dan dimensi seorang pemimpin bisa saja duduk di bawah dan pada sisi lain berdiri di atasnya.

Adab Syari’at Hakikat Shalat
Shalat itu hukumnya wajib, faidahnya halal. Adakah sholat yang haram? Jika niatnya ingin dapat untung bukan karena Allah (dunia) maka apakah itu tidak haram. Sikap niatnya bengkok. Inilah keharaman dalam sikap batin.
Sikap lahir yang keliru adalah mengikuti pakaian budaya nenek moyang ketika sholat. Firman Allah: Hai anak Adam, pakailah performance (model) pakaianmu di setiap masjid, Q.S. Al-A’raf: 31.
Saat sholat model, performance mesti mengikuti siapa? Apakah mengikuti orang Jawa pakai blangkon? Pakai koteka seperti orang Irian? Pakai jas seperti orang Barat?
Fawaylul lil mushollin. Lalai adab syari’atnya dan adab hakikatnya. Banyak orang shalat padahal ia tidak shalat. Seumur-umur mereka berbuat kesalahan. Karena kelalaian dan kebodohan.
Wala talbisul haqq bil baathil, janganlah mencampuri yang Haq (benar) dengan yang Bathil (Salah). Janganlah menyebabkan yang Haq itu menjadi batal!
Yang Haq mencontoh kepada siapa? Nabi Muhammad Saw. Yang Bathil mengikuti siapa? Yang batil mengikuti kebijakan semau gue, kebudayaan nenek moyang, kebijakan nasional. Apakah mereka yang dianggap pahlawan nasional itu mati syahid? Siapa yang memiliki syurga dan neraka? NKRI, negara Amerika, negara Jepang? Mengapa betah di dalam kepemimpinan manusia? Kenapa tidak mau masuk kepada bendera kepemimpinan Nabi Muhammad Saw?!
Berulang-ulang kita melakukan shalat tarawih dan didengungkan do’a watahta liwaa-i saayidinaa Muhammadin Saw yawmal qiyaamati saa-iriiin [jadikanlah kami berjalan di bawah bendera kepemipinan Nabi Muhammad Saw pada hari kiamat!]
Yang peduli janjinya Darus Salam. Dibaca berulang-ulang setiap tahun dibaca. Nggak nyambung-nyambung, nggak ngerti2! Jangankan orang Indonesia yang gak ngerti bahsa Arab, orang Arab saja tidak mengerti bahwa Dienul Islam itu kepemimpinan Birokrasi Ilahiyyah. Mereka tidak peduli, telmi (telat mikir), nggak nyambung2 (connect)! Termasuk kita! Jika Allah tidak berkehendak kepada kita, tidak mungkin!
************
Rasulullah Saw menerima wahyu dalam kondisi yang berbeda. Malaikat Jibril As duduk bersandiwara di hadapan Rasulullah Saw memberikan pengajaran. Rasulullah di hadapan Jibril As, bukan mengajarkan tapi beradab dalam belajar. Maka jadilah Rukun Islam, Rukun Iman, dan Rukun Ihsan.
Rukun Islam ada 5, dan Rukun Iman ada 6. Percaya kepada Allah? Percaya kepada para malaikat? Percaya kepada Kitab-kitab? Percaya kepada hari kiamat? Eh, hidupnya pemborosan yang mempercepat datang hari kiamat. Percaya kepada Qadha dan Qadar? Suka kepada nikmat? Suka kepada musibah?
Saat diperdengarkan do’a watahta liwaa-i saayidinaa Muhammadin Saw yawmal qiyaamati saa-iriiin maka ‘amin’kan agar kita dipertemukan di bawah bendera Nabi Muhammad saw, yakni bendera Birokrasi Ilahiyyah.
Banyak dimensi yang Allah ungkapkan, yang ternyata Dienul Islam adalah Birokrasi Ilahiyyah. Dan ternyata taqwa yang sesungguhnya bagi orang-orang yang beriman adalah memasuki wilayah kepemimpinan Birokrasi Ilahiyyah di bawah bendera Nabi Muhammad Saw dan para Khalifahnya. Oleh karenanya selanjutnya Allah berfirman: Wa’tashimuu bihablillaahi jamii’aw walaa tafarroquu. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, Q.S. Ali Imran: 103.
Apakah akan diterima oleh orang-orang yang tidak percaya? Apakah bisa diterima (Birokrasi Ilahiyyah itu) oleh orang yang berburuk sangka? Tidak. Apapun suatu bangunan yang indah, yang bagus, yang membanggakan, yang memberikan manfaat banyak, sadar atau tidak, diketahui atau tidak. Tapi jika diberitahu kepada orang ingkar yang didasari oleh buruk sangka, maka pernyataan itu tidak akan diterima.
Sebagai contoh, menurut orang Amerika, dibangunnya WTC (World Trade Centre) menimbulkan manfaat yang luas. Kata yang punya gedung WTC itu baik dan bagus. Tapi bagi yang benci, gedung itu diacak-acak, dihancurkan. Contoh lain, seorang anak kecil sedang bermain membuat gedung sehingga ia tertawa dan senang melihat bangunan yang ia buat. Tapi datang kakaknya menghancurkan, karena ia sedang ngambek.
Oleh karenanya janganlah kita merasa puas meski sedang dalam posisi yang haq, dan jangan mengharap kebaikan orang lain dalam bribadah kepada Allah. Berharaplah kepada keridhaan Allah. Dunia ini sesuai dengan kodrat-Nya bersifat sementara, selalu terdapat dua sisi, ada siang ada malam, ada nikmat dan musibat, ada baik dan buruk, ada sehat dan sakit, ada yang iman dan ada yang ingkar. Kalau kita mengharapkan selalu yang baik-baik dari seseorang, maka ketika datang kepada kita hal yang kurang baik maka kecewalah kita.

Makna Riya’ (pamer) Sesungguhnya
Segala sesuatu mesti dilakukan karena Allah. Jangan karena ingin dipuji karena manusia (riya’). Riya’ itu yang mana?
Kata seorang cendikiawan muslim di Indonesia, amal sholeh itu tidak perlu ditampak-tampakkan. Ibadah itu katanya tidak perlu ditampakkan. Artinya, harus sembunyi-sembunyi shalatnya! Berarti azan mesti ngumpet atau bisik2! Begitu?!
Akhirnya umat Islam enggan menjalankan suari’at yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw. Umat Islam ikut terobsesi dengan pernyataan tersebut. Kalau kita sembunyikan berarti ikhlas katanya. Dan yang ditampakkan itu riya’, katanya. Jika kita bersedekah (melalui lelang, misalnya) lalu disebutkan namanya, hal itu dikatakan ‘riya!’ Jika disebutkan ‘hamba Allah’ yang menyumbang, baru ikhlas namanya!
Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah: 171
In tubdush-shodaqaatu fani’immaahiy, wa-in tukhfuuhaa wa tu’tuuhal fuqoroo-a fahuwa khoyrul lakum
Jika kamu menampakkan sedekah , maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu.(Q.S. Al-Baqarah: 271)
Makna [فنعماهي] artinya memberikan solusi, menjadikan nikmat. Jika kalian menampakkan sedekah kalian, maka itu memberikan solusi (menjadikan nikmat). Jika kalian menyembunyikannya maka itu lebih baik. Bukan berarti yang menampakkan itu tidak baik, justru memberikan solusi!
Sewaktu lelang dikatakan si Sholihin menyumbang 50 ribu pahalanya untuk Ibu Bapaknya. Ungkapan ‘kalian menyembunyikannya maka itu lebih baik’ bukan berarti yang menyatakan itu tidak ikhlash.
Kalau dalam hatinya masih belum ikhlash ia belum mau mengeluarkan uangnya untuk pembangunan masjid. Kapan mau beramal jika menunggu munculnya rasa ikhlash?
Jika ada pembangunan masjid, yang memberikan solusi yang mana? Apakah yang menampakkan shodaqah tapi masih terbetik rasa riya’ atau yang tidak memberi shodaqah karena belum bisa ikhlash? Yang memberi solusi adalah yang memberi daripada yang tidak.
Syari’atnya memang seperti riya’, padahal bukan itu tujuannya. Pembangunan masjid yang dilaksanakan panitia itu merupakan program yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Mana yang lebih utama, riya’ kepada Allah atau kepada manusia. Ingin diridhai Allah atau ingin diridhai manuisa? Lebih daripada itu adalah syi’ar. Yang tadinya malu-malu akhirnya terobsesi timbullah rasa iri yang hasanah ‘masak sih saya kalah dengan tukang pacul yang menyumbang 50 ribu’. Akhirnya ia berkata ‘Saya menyumbang 100 ribu!’ Sebut namaku Fi Sabilillah!? Demikian itu Riya’ atau Syi’ar?! Apakah pamer shadaqah itu membawa solusi atau kehancuran? Yang riya’ adalah yang tidak berbuat karena tidak mampu berbuat ikhlash.
Eh, ada isu-isu para panitia sedang ribut tentang pembagian honor. Ada isu-isu ketua panitia menggunakan dana pembangunan buat kepentingan rumah tangganya. Tidak terdengarlah ke telinga penyumbang. Timbullah kemarahan, ‘Kurang ajar, uang pembangunan kamu pakai untuk kepentingan pribadi, dst!’ Apakah akan timbul keikhlasan? Berubahlah keikhlasan menjadi riya’. Kelihatannya ikhlash padahal tidak. Kelihatannya sholat padahal tidak. Kelihatannya tertutup aurat padahal tidak (karena terlihat lekuk tubuhnya).
Kalau kita menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya dalam berbagai kebijakan syari’at Islam, apakah mengharapkan keridhaan Allah atau keridhaan manusia? Bukan riya’ jika amal itu ditampakkan, tapi Sami’na wa Atho’na, semata-mata menjalankan perintah Allah.
Kita berharap keridhaan komunitas orang Jawa, atau keridhaan Allah dan Rasul? Jika kita berpakaian menyesuaikan kebudayaan suatu komunitas tertentu agar dihormati dan diakui, maka kita mengharapkan keridhaan mereka. Apakah dinamakan ibadah? Jika bukan ibadah berarti riya’. Sabda Nabi Saw: Man tasyabbah biqowmin fahuwa minhum [Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk ke dalam kaum tersebut].
Kalau kita berkiblat kepada ketetapan atau perintah yang disyari’atkan Allah, itu bukan riya’, tapi sedang ibadah!
Orang yang mengikuti perilaku manusia berarti mencari keridhaan manusia. Orang yang mencari keridhaan manusia itu adalah orang yang riya’!! Dan orang yang mengikuti Allah dan Rasul-Nya adalah orang yang taat dan Sami’na wa Atho’na terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya. Melaksanakannya berarti mengharapkan keridhaan Allah, dan orang yang mengharapkan keridhaan Allah itu Ibadaaah!! Bukan Riyaa!!
Dengan pernyataan intelektual itu, umat Islam tidak mau menampakkan keislamannya. Sikap tidak menampakkan keislaman itu menimbulkan fitnah bagi dirinya, karena tidak ada kejelasan yang Shidiq (akurat). Bapak pernah ke Lombok dua kali, dan suatu kali bersama jama’ah mau makan ke Denpasar. Karena di Bali banyak rumah makan yang menyajikan makanan yang diharamkan Allah, maka dipilihlah Rumah Makan Padang yang diyakini bebas dari masakan yang mengandung babi atau yang diharamkan Allah. Mereka mendapatkan kepastian yang tidak dapat diragukan. Eh, ada yang mengucapkan, ‘Assalaamu’alaikum!’ Mau dijawab malah kita bingung karena identitas mereka tidak jelas. Mereka tidak ragu kepada kita, tapi kita ragu kepada mereka karena tidak ada kejelasan penampilannya apakah muslim atau tidak.
Bagaimana Allah tidak ragu kepada mereka yang tidak menampakkan keislamannya sedang di dunia saja orang-orang ragu kepada mereka!!
Yang tidak menunjukkan identitas kemusliman menandakan keraguan terhadap ketetapan Allah dan Rasul-Nya. Orang tidak ragu terhadap orang yang telah menampilkan performence yang mencontoh kepada Nabi Muhammad Saw. Tapi kepada orang-orang yang tidak menunjukkan identitas kemusliman akan ragu mengucapkan salam kepadanya. Dalam hatinya ada keraguan, ‘Pakaiannya sih sama, orang Barat pakai Bulu Jin (Blue Jeans, red), orang Bali pakai Bulu Jin, orang Jawa pakai Bulu Jin!’ Bagaimana kita mau membalas kebaikan salamnya?! Tidak ada kepastian.
Sedangkan Islam mengajarkan ketelitian dan kepastian. Shadaqallah itu bukan artinya Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya. Sebenarnya adalah Profesional Allah Yang Agung. Jika diterjemahkan dengan ‘Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya’ berarti teksnya ‘Haqqallaahu likulli aayah’. Betapa jauh maknanya.

Makna Dien
Orang yang tidak menampakkan kejelasan identitasnya mengartikan Dienul Islam itu sebagai agama Islam. Kalau makna agama hanya sekedar ‘tidak kacau’, maka makna Iman, Islam dan Ihsan itu jauh lebih dari itu. Dien itu terdiri dari 3 dasar, untuk membenahi perilaku manusia yang terdiri dari unsur jasmani dan ruhani. Jangkauan ukurnya berdasarkan nilai-nilai yang lebih baik ( جير- khoir), yakni Ahsan. Imannya mesti lebih baik, Islam-nya mesti lebih baik.
Iman, Islam dan Ihsan adalah kalimat majemuk. Kalimat mejemuk itu terdiri dari jama’, keanekaragaman (heterogen). Jama’ terdiri dari komponen-komponen, unsur-unsur, molekul-molekul, atom-atom. Baik Islam maupun Iman dibenahi sampai ke tingkat sekecil-kecilnya, sehingga tercapailah maqam evaluasi yang lebih baik, lebih baik, lebih baik, dst. Tidak cukup umur kita untuk meneliti bagian-bagian yang terkecil dari nilai keislaman dan keimanan.
Rahman adalah karunia Allah berupa kehidupan atas seluruh makhluk dari Nabi Adam As hingga saat ini. Karunia tersebut diperebutkan hingga terjadi pemanfaatan (eksploitasi) yang berlebihan. Terjadinya peperangan antar negara atau kerajaan, hanya memperebutkan wilayah atau karunia dunia yang terbatas.
Rahim adalah kumpulan Rahman-Rahman atau karunia Allah berupa hidayah keimanan dan keislaman, yang nilainya tidak terbatas. Bagaimana kita bisa membandingkan makna agama dan Dien? Bisakah kita katakan Islam itu sama dengan agama lain?!
Dienul Islam adalah Konsep kebijakan Lillaahi Mulkus Samawati wal Ardh [Kepunyaan Allah yang ada di langit dan di bumi]. Tapi yang sering kita dengar P. Jawa, P. Sumatera, P. Sulawesi dan lainnya yang ada di dalam NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) disebut kepunyaan Ibu Pertiwi. Bukankah NKRI itu bagian dari bumi ciptaan Allah, di bawah Kerajaan Allah yang menciptakan langit dan bumi?
Kebijakan Dienul Islam adalah kebijakan Maka masuk kepada sistem kebijakan Al-Quran. mengarah kepada kebijakan ilmu pasti (eksakta). Jika dengan ilmu dongeng masih bisa diragukan, apalagi ilmu filsafat, begitu pula ilmu metafisik gak mampu memikirkannya. Tapi dengan ilmu pasti akan bergerak kepada pengetahuan yang paling bawah hingga kepada pengetahuan yang lebih banyak dan tinggi. Bila menggunakan metode yang shidiq (akurat) dari awal hingga akhir, Insya Allah akan menghasilkan sesuatu yang tidak dapat diragukan. Seperti kita membuka karung beras, terigu atau semen. Jika kita membuka pada simpul awalnya dengan proporsional, akurat, teliti dan cermat, maka akan dibuka dengan mudah dan bermanfaat. Talinya bisa dimanfaatkan, karungnya punya nilai dijual.
Dunia ini adalah permainan, wamal hayaatud dun-yaa illaa la’ibuw walahwun, Q.S. Al-An’am: 32. Permainan biliard tidak seberapa daripada permainan voli yang kita ketahui, dan tidak seberapa luas daripada permainan sepakbola. Permainan sepakbola tidak sebanding dengan permainan yang dibangun Allah yang menciptakan siang dan malam. Ada yang menang, ada yang kalah. Ada yang diridhai dan ada yang dimurkai. Ada yang masuk syurga, ada yang masuk neraka.
Kadang-kadang kita yang difitnah oleh fenomena keuntungan dan kerugian, dan terkadang sebaliknya, malah kita yang membuat fitnah. Karena di dalam musibat itu ada cobaan, dan nikmat itu ada cobaannya. Bagaimana kita di balik semua itu mencari keridhaan Allah SWT. Robbanaa maa kholaqta haadzaa baathilaa [Wahai Tuhan kami, tiadalah sia-sia ciptaan Engkau ini, Q.S. Ali Imran: 191].

Yakin yang mana?
Selama ini kita percaya kepada apa yang kita baca dan akhirnya kita percayai dan yakini. Padahal makna terjemah Al-Quran banyak yang telah menyimpang dari maqam bahasa sebenarnya. Percaya itu ada yang benar dan yang salah. Percaya kepada metode yang benar dan ada yang salah. Yakin ada yang benar, ada yang salah. Ada yang yakin kepada yang lemah dan ada yang yakin kepada bangunan pengetahuan yang kokoh.
Apa sebab keyakinan seseorang itu dikatakan benar atau salah? Karena bangunan keyakinannya itu kokoh, lebih shidiq daripada mereka yang rapuh. Bangunan keyakinan yang rapuh contohnya yang menyatakan bahwa Tuhan itu terbagi-bagi menjadi Tuhan anak, Tuhan Bapak. Yang dipercaya salah, yang membangun kepercayaan juga salah.
Selama ini kita sudah merasa puas dengan keyakinan yang kita miliki, padahal keyakinan sebagai kesimpulan atas kepribadian seseorang itu ada yang benar dan ada yang salah. Dicontohkan oleh Syekh al-Akbar Muhammad Dahlan Ra. ada dua orang petinju ingin bertarung. Karena yakin akan menang, maka kedua petinju mau bertarung. Jika tidak yakin maka keduanya tidak mau bertarung. Karena dua-duanya ada keyakinan, maka keduanya mau bertarung.
Jangan cukup (puas) dengan keyakinan jika pondasi bangunannya rapuh. Bila pondasinya rapuh, dindingnya rapuh,tiangnya rapuh, komposisi campuran semen pasirnya rapuh, bagaimana bisa kokoh bangunannya. Tapi jika pondasinya kokoh, dinding dan tiangnya kokoh, seluruh komponen pendukungnya, maka akan terwujud bangunan keyakinan yang kuat.
Puas dengan keyakinan itu tidak menjadi ukuran. Yang penting adalah ilmunya yang pasti, sesuatu yang tidak dapat diragukan lagi. Jika diingkari maka sesungguhnya telah memperbodoh dirinya sendiri. Dan Allah sekali-kali tidak menzhalimi manusia melainkan manusia sendiri yang menzhalimi dirinya sendiri, memperbodoh dirinya, lantaran tidak mengikuti aturan pasti yang telah Allah turunkan kepadanya.
Sebagai contoh saat Allah berfirman dalam penciptaan Adam As disebutkan: ‘Innii Jaa-‘ilun fil Ardhi kholiifah’ [Sesungguhnya Aku menjadikan khalifah di muka bumi] Q.S. Al-Baqarah: 30. Tapi dalam ayat lainnya ketika menciptakan manusia disebutkan: Innaa kholaqnaakum Q.S. Al-Hujurat: 13. Sesungguhnya Kami menciptakan kalian. Antara ‘Innii’ dan ‘Innaa’ memiliki perbedaan hanya 1 (satu) huruf, namun makna keduanya berbeda. Betapa telitinya, kokohnya pengetahuan yang Allah berikan kepada kita.
Kata orang Arab amal sholeh itu berbeda, begitu pula orang Jepang, orang Amerika, orang Indonesia. Padahal amilush-sholih adalah ittabi’uu maa anzalallah. [Ikutilah apa yang telah diturunkan oleh Allah], yakni para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, nikmat musibat-Nya.
************
Manajemen atau Birokrasi Ilahiyyah adalah keselamatan. Oleh karenanya dinamakan Dienul Islam, konsep atau sistem keselamatan. Disebut pula Birokrasi (kepemimpinan) keselamatan.
Jika kita mau mendapatkan syafaat Nabi Muhammad Saw berarti kita mesti siap masuk neraka terlebih dahulu. Mana yang kita pilih, program selamat atau syafa’at? Jangan sampai kita memilih program selamat, tapi kelakuannya meminta syafa’at. Jangan sampai lisannya mengucapkan Sami’na wa Atho’na, tapi kelakuannya Sami’na wa ‘Ashoyna.
Guru dan murid sama-sama diuji. Kalian punya kewajiban, Bapak (Syekh al-Akbar) juga punya kewajiban. Marilah kita saling bahu membahu, minimal ikut mendo’akan. Segala kesalahan kita kepada Allah dan Rasul-Nya dan sesama, semoga diampuni dan Allah berkenan memberikan Rahim-Nya kepada kita di hari kiamat nanti.
Allah SWT Adil dan Bijaksana, oleh karena itu janganlah kita menjadi orang yang manja, cengeng, lemah, penakut dan berputus asa. Firman Allah: Laa yukallifullaahu nafsan illaa wus’ahaa [Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya, Q.S Al-Baqarah: 286]. Bukanlah maksud ayat ini untuk orang-orang yang takut, lemah dan cengeng. Tapi hendaklah menjadi orang yang berani, bersemangat yang tinggi dalam mujahadahnya, tangguh terhadap berbagai ujian dan cobaan, cepat atau lambat, ringan atau berat.
Kebijakan Islam bukan hanya dunia, atau akhirat saja, tapi merupakan satu paket dan kebijakan, satu benang merah yang saling berhubungan. Sebagaimana Rukun Iman dan Islam, ada para malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, kedatangan Kiamat, nikmat dan musibat-Nya, itulah wasilah-wasilah menuju kepada lurusnya jalan kepada Allah.
Mudah-mudahan perjalanan kita kembali ke rumah masing-masing setelah melaksanakan Pekan Qini Nasional yang ke 107, membawa kita kepada kedewasaan. Orang yang dewasa adalah orang yang bisa memposisikan dirinya sebagai hamba di hadapan Allah. Dan yang disebut Hamba Allah adalah orang yang bersikap Sami’na wa Atha’na dengan usaha yang maksimal. Ia tidak gelisah dengan adanya siksa neraka. Syurga yang dijanjikan Allah seolah memanggil-manggil dirinya. Kenikmatan akhirat ibarat magnet yang senantiasa menghampiri dirinya.
Semoga kita menjadi Hamba Allah yang bersikap Sami’na wa Atha’na kepada Allah, Rasul dan Guru yang bersambung kepada kepemimpinan Birokrasi Ilahiyyah.
Al-Fatihah.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Batu Tulis, 6 Agustus 2008
[i] Dari Umar bin Al-Khaththab r.a., katanya: "Pada suatu ketika kami semua duduk di sisi Rasulullah s.a.w. yakni pada suatu hari, tiba-tiba muncul di hadapan kami seorang lelaki yang sangat putih pakaiannya dan sangat hitam warna rambutnya, tidak tampak padanya bekas perjalanan dan tidak seorang pun dari kami semua yang mengenalnya, sehingga duduklah orang tadi di hadapan Nabi s.a.w. lalu menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut beliau dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua pahanya sendiri dan berkata: "Ya Muhammad, beritahukanlah padaku tentang Islam." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda:
"Islam, yaitu hendaknya engkau menyaksikan bahwa tiada sembahan kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, hendaklah pula engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa bulan Ramadhan dan melakukan haji ke Baitullah jikalau engkau kuasa jalannya ke situ."
Orang itu berkata: "Tuan benar."
Kami semua heran padanya, karena ia bertanya dan juga membenarkannya. Ia berkata lagi: "Kemudian beritahukanlah padaku tentang Iman."
Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Yaitu hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, hari penghabisan - kiamat - dan hendaklah engkau beriman pula kepada takdir, yang baik ataupun yang buruk - semuanya dari Allah jua."
Orang itu berkata: "Tuan benar." Kemudian katanya lagi:
"Kemudian beritahukanlah padaku tentang Ihsan."
Rasulullah s.a.w. menjawab: "Yaitu hendaklah engkau menyembah kepada Allah seolah-olah engkau dapat melihat-Nya, tetapi jikalau tidak dapat seolah-olah melihatNya, maka sesungguhnya Allah itu dapat melihatmu."
Ia berkata: "Tuan benar." Katanya lagi: "Kemudian beritahukanlah padaku tentang hari kiamat."
Rasulullah s.a.w. menjawab: "Orang yang ditanya - yakni beliau s.a.w. sendiri - tentulah tidak lebih tahu dari orang yang menanyakannya - yakni orang yang datang tiba-tiba tadi.
Orang itu berkata pula: "Selanjutnya beritahukanlah padaku tentang tanda-tanda hari kiamat itu."
Rasulullah s.a.w. menjawab:
"Yaitu apabila seorang hamba sahaya wanita melahirkan tuan puterinya - maksudnya hamba sahaya itu dikawini oleh pemiliknya sendiri yang merdeka, lalu melahirkan seorang anak perempuan. Anaknya ini dianggap merdeka juga dan dengan begitu dapat dikatakan hamba sahaya perempuan melahirkan tuan puterinya - dan apabila engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, telanjang-telanjang, miskin-miskin dan sebagai penggembala kambing sama bermegah-megahan dalam gedung-gedung yang besar - karena sudah menjadi kaya-raya dan bahkan menjabat sebagai pembesar-pembesar negara."
Selanjutnya orang itu berangkat pergi. Saya - yakni Umar r.a. - berdiam diri beberapa saat lamanya, kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hai Umar, adakah engkau mengetahui siapakah orang yang bertanya tadi?" Saya menjawab: "Allah dan RasulNyalah yang lebih mengetahuinya." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya orang tadi adalah malaikat Jibril, ia datang untuk memberikan pelajaran tentang agama kepadamu semua." (Riwayat Muslim)
Makna Talidulamatu rabbatahaa, yakni tuan puterinya. Adapun pengertiannya ialah oleh sebab banyaknya hamba sahaya perempuan sehingga budak-budak tersebut melahirkan puteri untuk tuan yang memilikinya. Puteri tuannya itu sama kedudukannya dengan tuannya sendiri. Tetapi ada sebahagian ulama yang mengatakan tidak sedemikian itu maksudnya. Al-'Aalah, ialah golongan orang-orang fakir. Adapun kata Maliyyan artinya waktu yang lama, yaitu sampai tiga hari tiga malam lamanya.

Note:
[1] Dari Umar bin Al-Khaththab r.a., katanya: "Pada suatu ketika kami semua duduk di sisi Rasulullah s.a.w. yakni pada suatu hari, tiba-tiba muncul di hadapan kami seorang lelaki yang sangat putih pakaiannya dan sangat hitam warna rambutnya, tidak tampak padanya bekas perjalanan dan tidak seorang pun dari kami semua yang mengenalnya, sehingga duduklah orang tadi di hadapan Nabi s.a.w. lalu menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut beliau dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua pahanya sendiri dan berkata: "Ya Muhammad, beritahukanlah padaku tentang Islam." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda:
"Islam, yaitu hendaknya engkau menyaksikan bahwa tiada sembahan kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, hendaklah pula engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa bulan Ramadhan dan melakukan haji ke Baitullah jikalau engkau kuasa jalannya ke situ."
Orang itu berkata: "Tuan benar."
Kami semua heran padanya, karena ia bertanya dan juga membenarkannya. Ia berkata lagi: "Kemudian beritahukanlah padaku tentang Iman."
Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Yaitu hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, hari penghabisan - kiamat - dan hendaklah engkau beriman pula kepada takdir, yang baik ataupun yang buruk - semuanya dari Allah jua."
Orang itu berkata: "Tuan benar." Kemudian katanya lagi:
"Kemudian beritahukanlah padaku tentang Ihsan."
Rasulullah s.a.w. menjawab: "Yaitu hendaklah engkau menyembah kepada Allah seolah-olah engkau dapat melihat-Nya, tetapi jikalau tidak dapat seolah-olah melihatNya, maka sesungguhnya Allah itu dapat melihatmu."
Ia berkata: "Tuan benar." Katanya lagi: "Kemudian beritahukanlah padaku tentang hari kiamat."
Rasulullah s.a.w. menjawab: "Orang yang ditanya - yakni beliau s.a.w. sendiri - tentulah tidak lebih tahu dari orang yang menanyakannya - yakni orang yang datang tiba-tiba tadi.
Orang itu berkata pula: "Selanjutnya beritahukanlah padaku tentang tanda-tanda hari kiamat itu."
Rasulullah s.a.w. menjawab:
"Yaitu apabila seorang hamba sahaya wanita melahirkan tuan puterinya - maksudnya hamba sahaya itu dikawini oleh pemiliknya sendiri yang merdeka, lalu melahirkan seorang anak perempuan. Anaknya ini dianggap merdeka juga dan dengan begitu dapat dikatakan hamba sahaya perempuan melahirkan tuan puterinya - dan apabila engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, telanjang-telanjang, miskin-miskin dan sebagai penggembala kambing sama bermegah-megahan dalam gedung-gedung yang besar - karena sudah menjadi kaya-raya dan bahkan menjabat sebagai pembesar-pembesar negara."
Selanjutnya orang itu berangkat pergi. Saya - yakni Umar r.a. - berdiam diri beberapa saat lamanya, kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hai Umar, adakah engkau mengetahui siapakah orang yang bertanya tadi?" Saya menjawab: "Allah dan RasulNyalah yang lebih mengetahuinya." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya orang tadi adalah malaikat Jibril, ia datang untuk memberikan pelajaran tentang agama kepadamu semua." (Riwayat Muslim)
Makna Talidulamatu rabbatahaa, yakni tuan puterinya. Adapun pengertiannya ialah oleh sebab banyaknya hamba sahaya perempuan sehingga budak-budak tersebut melahirkan puteri untuk tuan yang memilikinya. Puteri tuannya itu sama kedudukannya dengan tuannya sendiri. Tetapi ada sebahagian ulama yang mengatakan tidak sedemikian itu maksudnya. Al-'Aalah, ialah golongan orang-orang fakir. Adapun kata Maliyyan artinya waktu yang lama, yaitu sampai tiga hari tiga malam lamanya.
***********************
Hidup tidak pernah membatasi, tapi kita lah yang selalu membatasi hidup.
Ayat-ayat Allah tidak dibatasi oleh kitab-kitab suci atau pun Hadist,tetapi kita lah yang selalu membatasi ayat-ayat Allah.
Tak ada Ilmu mengenal Allah sebaik Ilmu Rasa, maka belajarlah Ilmu Rasa (Tasawuf)!