Sabtu, 08 November 2008

"APOLOGI IBLIS"

"APOLOGI IBLIS"

Pada mulanya aku adalah Malaikat, yang dengan sepenuh jiwa kutempuh jalan kepatuhan untuk mengabdi Kepada Tuhan.
Bagaimana bisa panggilan pertama dilupakan? Bagaimana bisa cinta pertama hilang dari hati seorang hamba?
Bukankah kekuasaan Karunia-Nya yang melindungiku? Bukankah Dia yang menciptakan diriku dari ketiadaan?
Siapakah yang memberikan susu di masa pertumbuhanku? Siapakah yang menggerakkan ayunanku? Adalah Dia.
Sifat yang mengalir bersama susu itu – dapatkah ia selalu dibuang?
Rahmat, Keagungan, dan Kemurahan hati adalah haqekat substansi dari mata uang Nya, Kemurkaan-Nya hanyalah setitik noda campurannya.
Tak kupandang Kemurkaan-Nya, yang merupakan sebab sementara: aku selalu memandang kelestarian Kasih sayang-Nya yang harus di contoh.
Ketahuilah bahwa kecemburuan adalah sebab penolakkanku untuk membungkukkan diri di hadapan Adam; namun kecemburuan itu juga lahir dari cinta kepada Tuhan, bukan dari ketidakpatuhan.
Setiap cemburu lahir dari cinta, karena takut kalau-kalau yang lainnya menjadi pacar sang kekasih.
Mempertimbangkan rasa cemburu adalah akibat yang tak dapat di elakkan dari adanya rasa cinta, sebagaimana kata "Hidup" yang mengikuti bersin.
Karena tiada gerakan kecuali hanya pada papan catur Nya dan Dia memintaku untuk bermain, adakah yang lain yang dapat kumainkan?
kumainkan satu peranan yang ada disana dan membuatku terkutuk.
Sekalipun dalam kesengsaraan kurasakan karunia-Nya;
aku tersesat oleh-Nya, aku tersesat oleh-Nya, aku tersesat oleh-Nya!
(Jalaluddin Rumi)


Awal mula Iblis adalah hamba yang terdekat dengan Allah, derajat kemuliaannya telah sampai ke shidratul muntaha. Ketidakpatuhan akibat dari rasa cemburu yang membuat dirinya menjadi terkutuk, namun rasa cinta kepada Allah tiada sirna. Maka kecemburuan Iblis sampai kepada Anak cucu Adam.
Hikmah yang bisa diambil, Allah dan rosul telah mengingatkan kepada orang2 mukmin bahwa Iblis dan syetan adalah musuh yang nyata. Walau demikian tidak ada gunanya bila kita berlaku benci kepada mereka yang telah terkutuk, janganlah kalian ikut menghujat dan mengutuk mereka musuh-musuh Allah, karena menghujat, mengutuk, berkata `kalian orang kafir' adalah Haq Allah semata, jika kalian hendak mengutuk mereka `musuh-musuh' Allah, tanyakan kembali ke dalam hati apakah yang hendak diucapkan itu berasal dari Allah atau nafsu amarahmu. Bagaimana bila sang kafir yang kalian hujat saat akhir hayat kembali kepada Allah (bertobat dan beriman kepada Allah)? Bagaimana bila di hujung kehidupan dunia iblis yang kalian `ikut-ikutan' mengutuk, dia bertobat dan mau sujud kepada Adam?
Maka janganlah kalian campur `Cinta' dengan `Kebencian' dalam hatimu.
Hatimu adalah satu wadah ibarat satu gelas yang kau isi dengan air `Cinta', apakah air itu akan bening bila kau campur dengan setetes tinta hitam `kebencian'?
Maka cintailah Allah dengan sepenuh hatimu, bila tak mampu maka cintailah Nabi Muhammad SAW, bila tak mampu maka cintailah Utusan dari rasulullah, bila tak mampu cukuplah bersama-sama dengan orang yang sholeh sebagai syafaat bagimu, karena cinta ada dua persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu secara syareat cinta berasal dari mata (melihat/mendengar/menerka sehingga mengenal/mengetahui) lalu turun ke hati, kemudian secara haqekat cinta berasal dari hati (melihat/mendengar sehingga mengenal/mengetahui) lalu naik ke akal.

Kawan, inilah tasawuf para sufi yang tiada tercatat dalam kitab manapun pembahasannya, karena semua makna tertulis pada hatinya.

*************************************
Hidup tidak pernah membatasi, tapi kita lah yang selalu membatasi hidup.
Ayat-ayat Allah tidak dibatasi oleh kitab-kitab suci atau pun Hadist,tetapi kita lah yang selalu membatasi ayat-ayat Allah.
Tak ada Ilmu mengenal Allah sebaik Ilmu Rasa, maka belajarlah Ilmu Rasa (Tasawuf)!

Tidak ada komentar: