Sabtu, 08 November 2008

"AKU DI SINI"

"AKU DI SINI"
Suatu malam seorang berseru "Allah!" berulang-kali hingga bibirnya menjadi manis oleh puji-pujian bagi-Nya.
Setan berkata, "Hai kau yang banyak berkata-kata, mana jawaban "Aku di sini!" (labbayka) atas semua seruan "Allah" ini? Tak satupun jawaban dari `Arsy , Berapa lama kau akan berkata "Allah" dengan wajah suram?
Ia pun patah hati dan berbaring tidur, dalam mimpi dia melihat Nabi khidir di antara dedaunan, Yang berkata, "Dengar, engkau telah berhenti memuji Tuhan, mengapa engkau sesali dzikirmu kepada-Nya? Dia menjawab, "Karena tak datang jawaban `Aku di sini', aku takut diriku di jauhkan dari Pintu-Nya."
Nabi Khidir menyahut, "Justru sebaliknya; Tuhan berfirman: Sesungguhnya `Allah' dalam dzikirmu adalah `Aku di sini'(dari)-Ku, dan sesungguhnya permohonan dan duka dan semangatmu adalah utusan-Ku kepadamu. Ketakutan dan cintamu adalah jerat untuk menangkap Karunia-Ku:Dibalik setiap `O Tuhan'-(oleh) mu selalu ada `Aku di sini' dari-Ku."
Jalaluddin ar-Rummi.

*********************
Hidup tidak pernah membatasi, tapi kita lah yang selalu membatasi hidup.
Ayat-ayat Allah tidak dibatasi oleh kitab-kitab suci atau pun Hadist,tetapi kita lah yang selalu membatasi ayat-ayat Allah.
Tak ada Ilmu mengenal Allah sebaik Ilmu Rasa, maka belajarlah Ilmu Rasa (Tasawuf)!

Selalulah bersikap syareat-haqekat

Selalulah bersikap syareat-haqekat

Al-Qur'an yang diturunkan kepada umat manusia pada dasarnya memiliki dua sifat pengajaran, yaitu ajaran untuk urusan dunia dan ajaran untuk urusan akherat. Urusan dunia berkaitan dengan Hukum Syareat, dan urusan akherat dikaitkan dengan Hukum Haqekat. Maka di kehidupan ini hukum syareat dan haqekat adalah saling berdampingan, jika salah satunya tidak ada atau tidak dianggap maka timpanglah kehidupan, dalam hal ini kehidupan manusia itu sendiri.
Dalam diri manusia Hukum Syareat dipahami oleh akal, sedangkan hukum haqekat dipahami oleh hati. Karena itu Allah selalu mengingatkan/mengajarkan kepada manusia untuk senantiasa dzikir dan tafakur. Dzikir adalah mengingat yaitu Allah sedangkan tafakur adalah merenungkan/memperhatikan/meneliti ciptaanNya, Karena itu tidak ada tafakur Allah karena Allah tidak dapat direnungkan/diperhatikan/diteliti/dipertanyakan, jika ditanyakan hanya dijawab dengan bahwa Allah itu dekat. Demikian pula dengan Hukum Syareat masih memungkinkan untuk direnungkan/diperhatikan/diteliti/dipertanyakan alias bersifat fleksibel, sedangkan hukum Haqekat bersifat mutlak. Dengan tafakur alam semesta, semakin dalam pengetahuannya, semakin rinci penemuannya, maka akan semakin membuat manusia itu semakin merasa tinggi-angkuh atau semakin merasa rendah-hina. Karena itu perlunya tafakur harus selalu didampingi dzikir (ingat) Allah, sehingga manusia itu akan mengembalikan segala sesuatunya kepada Hukum Haqekat yaitu segala sesuatu berasal-kembali kepada Allah yang Al-Adzim, itulah sebab mengapa dzikrullah adalah sebagai obat yang paling mujarab dari berbagai penyakit, karena Sumber penyakit sebagian besar berasal dari tafakur yang salah, pemikiran yang salah-kalut-stress, was-was, khawatir.
Segala permasalahan di dunia jika dikembalikan kepada akal niscaya akan stack-stress-error, sebaliknya jika dikembalikan ke hati segala yang tidak mungkin menjadi mungkin. Misal: coba anda masukkan segala teori dunia seperti perhitungan rumus-rumus fisika dan bayangkan berapa luas bumi yang kita pijak ini kedalam akal, pasti pembuluh2 darah otak anda akan pecah alias strook. Sekarang coba masukkan segala alam semesta ini kedalam hati anda, pasti anda dapat memandang bahwa alam semesta itu hanya seluas genggaman tangan bahkan lebih kecil bahkan semakin sirna. Itulah hati, itulah hukum Haqekat yang bersifat mutlak.
Oleh karena itu, marilah senantiasa menyandingkan syareat dengan haqekat, bila sedang berjalan tafakur tiap kaki yang melangkah, lalu ingat (dzikir) bahwa Allah lah yang menggerakkan kaki, dan sebagainya, itulah maksud dari ayat Allah dzikran-kasiran yaitu Dzikir dengan jumlah yang banyak. Bukan artinya jumlah bilangan bacaan dzikirnya yang banyak, akan tetapi dzikir yang memiliki nilai yang banyak/luas. Misal dzikir sekedar 1 kali mengucap Allah tanpa tafakur hanya akan bernilai 1, bila sambil tafakur maka 1 kali dzikir nilainya sebanyak/seluas apa yang sedang ia tafakurkan.

Rahasia Kekuatan
Alam semesta ini diciptakan untuk umat manusia. Tapi siapakah manusia yang mampu mengendalikan kemudian memanfaatkan alam semesta ini. Jawabannya adalah Manusia yang mampu mengendalikan kemudian memanfaatkan dirinya sendiri, singkatnya manusia yang berserah diri. Karena hanya dengan berserah diri kekuatan/ kemampuan itu bisa terwujud. Karena itu Ajaran Allah sesungguhnya adalah ajaran berserah diri yang dinamakan Al-Islam. Kalau disebut Islam saja, berserah diri itu bersifat jamak/luas, karena itu disebut Al-Islam yaitu bersifat khusus/tertentu, maka makna Al-Islam adalah berserah diri yang khusus/tertentu. Itulah sebab ajaran Islam itu untuk seluruh umat manusia karena ajaran Islam adalah fitrah manusia.
Mari buktikan benarkah berserah diri itu adalah rahasia kekuatan. Pertanyaan; ajaran mana yang memiliki jumlah pengikut yang besar dan sukses tanpa ada sikap berserah diri di dalamnya.Dalam penganut suatu agama? Contoh: Islam, Kristen, Hindu, Budha bahkan aliran kepercayaan sekalipun inti ajarannya di dalamnya terdapat ajaran berserah diri.Dalam ilmu tenaga dalam? Contoh: Merpati Putih, Mahatma, Reiki, Taichi, dan sejenisnya tekhnik peningkatan dan penyaluran energi nya dengan cara berserah diri.
Sebab itu para guru-guru atau ahli-ahli tasawuf mereka memiliki lebih besar dan lebih dalam pengetahuannya tentang Al-Islam daripada mereka yang tidak ber-tasawuf, karena mereka telah mampu berserah diri yang sebenar-benarnya, sehingga segala rahasia telah tersingkap karenanya.
Secara teori sikap berserah diri akan memposisikan diri pada posisi netral (nol). Segala sesuatu bila diposisikan netral akan mudah bergerak, berubah, berkembang dan bermigrasi. Misal sebuah mobil yang melaju kedepan tidak mungkin bisa melaju mundur tanpa melalui titik netral alias berhenti walau hanya sekejab. Dalam peyaluran energi seperti tenaga dalam atau listrik tidak mungkin tercapai jika tidak melalui titik netral. Demikian pula para ahli sufi mengalirkan segala macam ilmu-ilmu pengetahuan yang luas dan dalam karena telah mampu menetralisir dirinya atau bersikap berserah diri, karena hanya dengan sikap netral saja ilmu itu dapat mengalir.
Nol = Netral = berserah diri = Islam = fitrah manusia = Sunnatullah.Barangsiapa mengenal dirinya, maka akan mengenal Tuhannya.Jika tak mampu mengenal diri, carilah guru yang ahli mengenal diri, carilah guru yang mengenal Tuhannya, carilah waliyan muryida (Al-Kahfi.18:17).
Dalam teori fisika Quantum, dikatakan bila sesuatu massa memiliki kecepatan yang sama dengan kecepatan cahaya, maka waktu akan berhenti atas massa tersebut, sedangkan wujud massa tersebut menjadi hilang karena telah membaur dengan unsur alam semesta, dan ia dapat berada di berbagai tempat dalam satu waktu. Sampai saai ini belum ada suatu alatpun yang mampu bergerak dengan kecepatan cahaya.
Kecepatan Cahaya = waktu berhenti = nol = netral = berserah diri
Pendapat saya bila manusia yang mampu berserah diri dengan sebenar-benarnya, maka ia sedang bergerak dengan kecepatan cahaya, karena ia dalam posisi netral = nol = waktu berhenti.Bukti pertama adalah Isra' Mi'raj nya Nabi Muhammad SAW dalam waktu yang singkat, tempat tidur beliau masih terasa hangat. Beliu adalah hamba Allah yang berserah diri.Sedangkan lainnya telah dibuktikan oleh para waliyullah (waliyan mursyida(Al-Kahfi.18:17)) yang dirinya mampu berada di berbagai tempat pada waktu yang sama, mampu menembus lapis-lapis langit dan bumi.

*********************
Hidup tidak pernah membatasi, tapi kita lah yang selalu membatasi hidup.
Ayat-ayat Allah tidak dibatasi oleh kitab-kitab suci atau pun Hadist,tetapi kita lah yang selalu membatasi ayat-ayat Allah.
Tak ada Ilmu mengenal Allah sebaik Ilmu Rasa, maka belajarlah Ilmu Rasa (Tasawuf)!

Anak-anak, Merokoklah!

Anak-anak, Merokoklah!
Oleh Seto Mulyadi,
Ketua Komnas Perlindungan AnakJangan kaget! Ini adalah seruan lantang industri rokok kepada anak-anak dan remaja kita. Sayang, banyak orangtua tampaknya masih terlelap dan tidak sadar. Tahu-tahu, jutaan anak kita telah tercemar asap tembakau dan akan menjadi perokok aktif di masa depan. Dengan sistematis, industri rokok mengajak jutaan anak untuk sejak dini mulai gemar merokok.Coba lihat iklan-iklan rokok di mana-mana, seolah tidak ada lagi ruang kosong yang ramah anak dan bebas dari dominasi iklan rokok. Mulai dari billboard, spanduk, umbul-umbul, iklan di media cetak ataupun elektronik, kaset atau film sampai ke seminar-seminar pendidikan pun tak luput dari promosi rokok.Materi iklan pun menunjukkan segmentasi pasar yang dibidik. Bahwa merokok adalah baik. Merokok identik dengan nikmat, berani, macho, trendi, kebersamaan, santai, optimistis, penuh petualangan, kreatif, dan segudang istilah lain lagi yang membanggakan.Tidak tanggung-tanggung, idola remaja "penyanyi, grup musik, atau para tokoh yang memenuhi selera pasar konsumen" dilibatkan sebagai model.Industri rokok paham teori psikologi perkembangan anak Bahwa "menurut teori perkembangan psikososial Erik Erikson" remaja sedang pada tahap the sense of identity, tahap mencari identitas, termasuk meniru dan mengikuti perilaku model yang menjadi idolanya. Dengan "serangan" iklan dan menampilkan identitas yang dicari remaja, otomatis mereka larut dalam pengaruh iklan, merasa lebih hebat dengan merokok.Metode komunikasi persuasif yang digunakan pun memakai classical conditioning, yaitu mengubah sikap dengan mengondisikan antara perasaan positif dan benda yang diiklankan. Remaja pun tergiur saat disuguhi pesan-pesan seperti "Apa Obsesimu?", "X-presikan Aksimu!", dan "U are U!".Bahan adiktifKalangan industri rokok sering berkilah, iklan rokok tidak akan menimbulkan perokok baru, tetapi hanya menjaga agar perokok aktif tetap mengonsumsi produksinya atau agar tidak pindah ke merek lain.Namun, kenyataannya iklan rokok telah menjebak ratusan ribu anak dan remaja untuk mulai mencoba merokok, lalu menjadi pengguna tetap yang aktif.Mereka menutup mata terhadap kenyataan bahwa mengiklankan rokok sama dengan mempromosikan bahan adiktif terhadap anak-anak. Saat merokok, mereka akan mengisap sekitar 4.000 racun kimia dengan tiga komponen utama yang berbahaya, yaitu nikotin, tar, dan karbon monoksida.Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, tembakau membunuh lebih dari lima juta orang per tahun, dan diproyeksikan akan membunuh 10 juta sampai tahun 2020. Dari jumlah itu, 70 persen korban berasal dari negara berkembang.Lembaga Demografi UI mencatat, angka kematian akibat penyakit yang disebabkan rokok tahun 2004 adalah 427.948 jiwa, berarti 1.172 jiwa per hari atau sekitar 22,5 persen dari total kematian di Indonesia.Remaja akan tetap menjadi sasaran utama untuk menggantikan perokok senior yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap rokok, yang konon sekitar 30 juta akan wafat karena penyakit yang berhubungan dengan tembakau.Coba simak laporan perusahaan rokok di AS, Philip Morris (1981), "Remaja hari ini adalah pelanggan tetap yang potensial untuk hari esok! Pola merokok remaja amat penting bagi Philip Morris…."Hak anakMelalui Sidang Ke-56 WHO, 192 negara anggotanya telah mengadopsi Kerangka Kerja Konvensi Pengendalian Tembakau (Framework Convention on Tobacco Control/FCTC) untuk melindungi generasi muda dari kerusakan kesehatan dan asap tembakau. Pasal 13 FCTC mensyaratkan negara anggota untuk melaksanakan larangan total terhadap segala jenis iklan, pemberian sponsor dan promosi produk tembakau, baik secara langsung maupun tidak dalam kurun waktu lima tahun setelah meratifikasi konvensi.Sayang, Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia Pasifik yang belum meratifikasi konvensi ini dan belum memiliki undang-undang yang mengatur dampak bahaya tembakau, sementara Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran tetap mengizinkan iklan rokok di media elektronik dengan berbagai bentuknya.Ketika kita semua tahu bahwa rokok ialah zat adiktif dan merupakan salah satu pembunuh hak hidup anak, pemerintah tampaknya belum tegas dalam melindungi anak dari bahaya tembakau. Padahal UU No 23/2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan, pemerintah wajib dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak termasuk yang menjadi korban zat adiktif (Pasal 59). Pasal 89 Ayat 2 menegaskan,"Setiap orang yang dengan sengaja menempatkan, membiarkan, menyuruh melibatkan anak dalam penyalahgunaan, produksi atau distribusi alkohol dan zat adiktif lainnya dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun"Bagaimana nasib RUU Pengendalian Dampak Rokok dan Tembakau yang konon sudah disetujui 41 persen anggota DPR? Badan POM mencatat 14.249 iklan rokok tersebar di media elektronik (9.230), media luar ruangan (3.239), dan media cetak (1.780). Hingga kini, tanpa kendala, iklan rokok terus mempromosikan bahan yang sarat pelanggaran hak anak, baik hak hidup, hak tumbuh dan berkembang, maupun hak untuk memperoleh perlindungan.Kongres Anak Indonesia sebagai pemenuhan hak partisipasi anak tahun lalu telah mendesak pemerintah untuk membatasi iklan rokok di media massa sebagai bagian dari bentuk kekerasan terhadap anak.Akankah kita terus membiarkan tingkah pembunuh berwajah santun berkeliaran di mana-mana menghiasi ruang-ruang publik kita? Lupakah kita kepada kesepakatan yang dicanangkan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2002 untuk menciptakan a world fit for children?Tampaknya kita semua harus jujur untuk berani mengakui bahwa kita belum siap untuk memenuhi hak anak, agar nantinya mereka bisa berkata, "Tubuhku sehat, jiwaku kuat, siap menjadi pemimpin masa depan!"Prevalensi Anak Merokok 26,8 Persenwisnu widiantoro/kompasPelajar Jakarta Menunjukkan gelang jari bertulis "No Tobacco" pada peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2007 di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.Jumat, 18 Januari 2008 19:08 WIBJAKARTA, JUMAT - Anak-anak Indonesia kini dalam bahaya karena mereka merokok sejak usia dini. Prevalensi perokok anak usia 13-15 tahun mencapai 26,8 persen dari total populasi penduduk Indonesia, 234 juta jiwa.Permasalahan merokok pada anak adalah bencana nasional yang harus segera ditangani. Karena itu, Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak mendesak pemerintah melarang secara menyeluruh iklan, promosi, dan sponsor rokok.Ketua Komnas Perlindungan Anak Seto Mulyadi mengemukakan hal itu, Kamis (17/1), setelah mengekspose hasil penelitian Komnas Perlindungan Anak bersama Forum Warga Kota Jakarta (Fakta) dan Tobacco Control Support Center-IAKMI, yang dilakukan Januari-Oktober 2007. "Iklan rokok merupakan monster bagi anak-anak karena ia dengan mudah terpengaruh," ujarnya.Zulazmi Mandu, Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof DR Hamka, yang juga memaparkan hasil penelitiannya di Komnas Perlindungan Anak, mengungkapkan, sedikitnya satu dari lima remaja di DKI Jakarta mengaku timbul keinginan untuk menyalakan rokok sesaat setelah melihat iklan rokok.Seto Mulyadi yang didampingi Sekjen Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait menjelaskan, tren usia inisiasi merokok menjadi makin dini, yakni usia 5-9 tahun. Perokok yang mulai merokok pada usia 5-9 tahun mengalami lonjakan paling signifikan, dari 0,4 persen pada tahun 2001 menjadi 1,8 persen pada tahun 2004. Tahun 2007, meski belum punya angka pasti, diyakini akan meningkat dibandingkan dengan tahun 2004.Dalam pantauan Komnas Perlindungan Anak, menurut Seto Mulyadi, sepanjang Januari-Oktober 2007 terdapat 2.848 tayangan televisi yang disponsori rokok di 13 stasiun televisi. Juga tercatat 1.350 kegiatan yang diselenggarakan/disponsori industri rokok, seperti kegiatan musik, olahraga, film layar lebar, seni dan budaya, hingga keagamaan."Pada acara-acara ini kerap kali industri rokok membagi-bagikan rokok gratis kepada pengunjung tanpa pandang usia, kendati bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003," ujarnya.Larang Iklan RokokIklan rokok dan kegiatan-kegiatan yang disponsori industri rokok menimbulkan keinginan remaja merokok, yang akhirnya menjadi perokok tetap. Karena itu, sebuah regulasi yang melindungi anak dan remaja dari maraknya iklan dan kegiatan sponsor rokok mutlak diperlukan."Larangan menyeluruh terhadap iklan, promosi, dan sponsor rokok dalam berbagai kegiatan adalah salah satu upaya melindungi anak-anak dari kecanduan terhadap tembakau," kata Seto.Demi kepentingan terbaik bagi anak dan menyelamatkan generasi muda bangsa dari dampak bahaya tembakau, lanjut Seto, Komisi Nasional Perlindungan Anak mengimbau kepada pemerintah untuk, pertama, membuat regulasi yang melarang secara komprehensif segala bentuk iklan, promosi, dan sponsor rokok.Kedua, mengatur praktik tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR yang dilakukan industri rokok agar tidak menggunakan merek rokok maupun nama perusahaan karena bisa merupakan iklan terselubung. (NAL)

*********************
Hidup tidak pernah membatasi, tapi kita lah yang selalu membatasi hidup.
Ayat-ayat Allah tidak dibatasi oleh kitab-kitab suci atau pun Hadist,tetapi kita lah yang selalu membatasi ayat-ayat Allah.
Tak ada Ilmu mengenal Allah sebaik Ilmu Rasa, maka belajarlah Ilmu Rasa (Tasawuf)!

"APOLOGI IBLIS"

"APOLOGI IBLIS"

Pada mulanya aku adalah Malaikat, yang dengan sepenuh jiwa kutempuh jalan kepatuhan untuk mengabdi Kepada Tuhan.
Bagaimana bisa panggilan pertama dilupakan? Bagaimana bisa cinta pertama hilang dari hati seorang hamba?
Bukankah kekuasaan Karunia-Nya yang melindungiku? Bukankah Dia yang menciptakan diriku dari ketiadaan?
Siapakah yang memberikan susu di masa pertumbuhanku? Siapakah yang menggerakkan ayunanku? Adalah Dia.
Sifat yang mengalir bersama susu itu – dapatkah ia selalu dibuang?
Rahmat, Keagungan, dan Kemurahan hati adalah haqekat substansi dari mata uang Nya, Kemurkaan-Nya hanyalah setitik noda campurannya.
Tak kupandang Kemurkaan-Nya, yang merupakan sebab sementara: aku selalu memandang kelestarian Kasih sayang-Nya yang harus di contoh.
Ketahuilah bahwa kecemburuan adalah sebab penolakkanku untuk membungkukkan diri di hadapan Adam; namun kecemburuan itu juga lahir dari cinta kepada Tuhan, bukan dari ketidakpatuhan.
Setiap cemburu lahir dari cinta, karena takut kalau-kalau yang lainnya menjadi pacar sang kekasih.
Mempertimbangkan rasa cemburu adalah akibat yang tak dapat di elakkan dari adanya rasa cinta, sebagaimana kata "Hidup" yang mengikuti bersin.
Karena tiada gerakan kecuali hanya pada papan catur Nya dan Dia memintaku untuk bermain, adakah yang lain yang dapat kumainkan?
kumainkan satu peranan yang ada disana dan membuatku terkutuk.
Sekalipun dalam kesengsaraan kurasakan karunia-Nya;
aku tersesat oleh-Nya, aku tersesat oleh-Nya, aku tersesat oleh-Nya!
(Jalaluddin Rumi)


Awal mula Iblis adalah hamba yang terdekat dengan Allah, derajat kemuliaannya telah sampai ke shidratul muntaha. Ketidakpatuhan akibat dari rasa cemburu yang membuat dirinya menjadi terkutuk, namun rasa cinta kepada Allah tiada sirna. Maka kecemburuan Iblis sampai kepada Anak cucu Adam.
Hikmah yang bisa diambil, Allah dan rosul telah mengingatkan kepada orang2 mukmin bahwa Iblis dan syetan adalah musuh yang nyata. Walau demikian tidak ada gunanya bila kita berlaku benci kepada mereka yang telah terkutuk, janganlah kalian ikut menghujat dan mengutuk mereka musuh-musuh Allah, karena menghujat, mengutuk, berkata `kalian orang kafir' adalah Haq Allah semata, jika kalian hendak mengutuk mereka `musuh-musuh' Allah, tanyakan kembali ke dalam hati apakah yang hendak diucapkan itu berasal dari Allah atau nafsu amarahmu. Bagaimana bila sang kafir yang kalian hujat saat akhir hayat kembali kepada Allah (bertobat dan beriman kepada Allah)? Bagaimana bila di hujung kehidupan dunia iblis yang kalian `ikut-ikutan' mengutuk, dia bertobat dan mau sujud kepada Adam?
Maka janganlah kalian campur `Cinta' dengan `Kebencian' dalam hatimu.
Hatimu adalah satu wadah ibarat satu gelas yang kau isi dengan air `Cinta', apakah air itu akan bening bila kau campur dengan setetes tinta hitam `kebencian'?
Maka cintailah Allah dengan sepenuh hatimu, bila tak mampu maka cintailah Nabi Muhammad SAW, bila tak mampu maka cintailah Utusan dari rasulullah, bila tak mampu cukuplah bersama-sama dengan orang yang sholeh sebagai syafaat bagimu, karena cinta ada dua persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu secara syareat cinta berasal dari mata (melihat/mendengar/menerka sehingga mengenal/mengetahui) lalu turun ke hati, kemudian secara haqekat cinta berasal dari hati (melihat/mendengar sehingga mengenal/mengetahui) lalu naik ke akal.

Kawan, inilah tasawuf para sufi yang tiada tercatat dalam kitab manapun pembahasannya, karena semua makna tertulis pada hatinya.

*************************************
Hidup tidak pernah membatasi, tapi kita lah yang selalu membatasi hidup.
Ayat-ayat Allah tidak dibatasi oleh kitab-kitab suci atau pun Hadist,tetapi kita lah yang selalu membatasi ayat-ayat Allah.
Tak ada Ilmu mengenal Allah sebaik Ilmu Rasa, maka belajarlah Ilmu Rasa (Tasawuf)!

Selasa, 04 November 2008

Kitab al-Munqidz min adh-Dhalal (Penyelamat dari kesesatan)

Petikkan buah pemikiran dari Kitab al-Munqidz min adh-Dhalal (Penyelamat dari kesesatan) karya Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad Al-Ghazali Ra. (bagian pertama)


MUKADIMAH

Ketahuilah, bahwa perbedaan dalam soal agama, mazhab dan pemikiran adalah laksana samudra yang dalam lagi ganas. Masing2 golongan saling membanggakan diri, seperti dikatakan Al-Qur’an;
“Kemudian mereka (pengikut-pengikut Rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing).”(Al-Mu’minuun.53),
padahal tiap2 golongan itu tiada banyak yang selamat, sesuai sabda Nabi SAW;
“Umatku akan pecah menjadi 73 golongan, hanya satu yang selamat”.

Sejak sangat muda, kurang dari 20 tahun, sampai lebih dari 50 tahun kini, tidak hentinya aku menyelami samudera luas ini. Aku selidiki setiap kepercayaan, aku dalami setiap mazhab, dan aku kaji setiap ajaran untuk membuktikan mana yang benar;Bathiniyyah, Zhahiriyyah, Kalam, Filsafat dan Tasawuf. Tidak ketinggalan pula kaum Zindiq (sembunyikan kekufuran, tanpakkan keimanan) dan Mu’athil (kaum yang menafikan sifat2 Tuhan).
Aku senantiasa haus untuk mencari haqekat segala sesuatu. Bukan atas kemauanku sendiri, tetapi sudah merupakan fitrah dari Tuhan. Sedemikian, sehinga aku terlepas dari belenggu taqlid dan tidak terjerat pada kepercayaan2 yang sudah mentradisi, walau usiaku masih sangat muda; suatu masa ketika seorang anak umumnya belum lepas dari pengaruh orangtuanya, sesuai hadist:
“Setiap anak lahir dalam kondisi fitrah. Orangtuanya yang membuat ia Yahudi, Nasrani atau Majusi”
Aku ingin tahu, apa fitrah asli pada anak, juga kepercayaan yang muncul akibat taqlid pada orangtuanya dan guru. Untuk itu pertama2, aku mencari pengetahuan tentang haqekat segala sesuatu. Apa arti pengetahuan? Pengetahuan atau ilmu adalah sesuatu yang dengannya apa2 yang diketahui tersingkap dengan jelas tanpa ada keraguan ataupun salah. Ia harus bisa menumbuhkan keyakinan sedemikian rupa, sehingga kalaupun ada seorang yang hebat (misalnya) yang mampu merubah tongkat menjadi ular, keyakinan tersebut tidak tergoyahkan. Pengetahuan seperti inilah yang benar. Jika tidak maka pengetahuan tersebut tidak bisa dipercaya atau tidak bisa menjadi pegangan.



-------------@@@@@@----------






I. DALAM KERAGUAN

Ternyata, aku tidak mempunyai pengetahuan yang meyakinkan sebagaimana yang telah aku jelaskan, kecuali pengetahuan dari hasil pengamatan indera dan hukum2 rasional. Dengan demikian, segala persoalan rumit harus dipecahkan lewat pengamatan indera atau rasio. Akan tetapi aku ragu, apakah indera bisa dipercaya mengingat mata yang merupakan organ terkuat dari indera terkadang juga menipu. Misalnya, bayang2 yang oleh mata tampak diam, tidak bergerak, ternyata tidak demikian. Ia bergerak sedikit demi sedikit, sehingga akhirnya bergeser sama sekali dari tempat asalnya. Begitu pula bintang2 yang tampak kecil, ternyata berdasarkan ilmu alam amat besar, bahkan ada yang melebihi bumu kita. Hukum indera kita batal oleh bukti2 yang tak terbantahkan.
Sekarang tidak ada yang bisa diandalkan kecuali pengertian2 logis, seperti bilangan 10 lebih banyak daripada 3, larangan tidak akan bersatu dengan perintah, yang hadist tidak mungkin sekaligus qadim, yang ada tidak mungkin tiada pada waktu bersamaan, dan yang bersifat pasti tidak mungkin mustahil.
Akan tetapi hokum indera memprotes. Bagaimana anda bisa memastikan bahwa hokum rasional lebih kuat dari hukum indera? Dahulu anda percaya hukum indera, kemudian mendustakannya karena ada hokum rasio. Andaikata hokum rasio tidak muncul, anda tentu tetap percaya kepada indera. Siapa tahu, pada saatnya nanti, akan muncul hokum lain yang bisa mematahkan kekuatan rasio. Saat ini memang belum (pada masa kehidupan Al-Ghazali), tetapi itu tidak berarti tidak mungkin.
Aku termenung ragu2. hokum indera meperkuat protesnya dengan mengemukakan soal mimpi. Tidakkah anda menyaksikan dalam mimpi, bahwa hal itu benar2 terjadi? Namun, saat terbangun, anda sadar bahwa itu hanya ilusi belaka. Boleh jadi, apa yang anda yakini sekarang, yang berhubungan dengan indera atau rasio, sebenarnya hanya berhubungan dengan kondisi saat ini saja. Ketika dalam kondisi lain yang “lebih sadar”, anda akan insyaf bahwa itu hanya mimpi. Dalam tingkat yang lebih tinggi, mungkin ini sama seperti yang dialami kaum sufi ketika pada kondisi tertentu mereka menyaksikan sesuatu yang sama sekali berlainan dengan hokum rasio. Atau, dalam kondisi yang lebih sadar lagi, seperti dikatakan Rasul;
“Manusia semuanya tertidur. Jika mati, mereka terjaga.”

Maksudnya kehidupan dunia ini pada haqekatnya hanyalah mimpi jika dibandingkan akherat. Jika mati, tampak segala sesuatu berbeda dengan yang disaksikan sekarang, firmanNya;
“Sesungguhnya kamu berada dalam Keadaan lalai dari (hal) ini, Maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, Maka penglihatanmu pada hari itu Amat tajam.”(Qaaf.22)

Keraguan itu semakin menghawatirkan dan menyesakkan. Sulit aku menghilangkannya kecuali atas bukti dan argumentasi yang kuat;padahal, tidak mungkin menyusun argumentasi kecuali dengan hukum2 yang logis. Jika usaha terakhir ini tidak bisa diterima, maka tertutuplah jalan menuju kebenaran.
Hampir dua bulan aku diliputi keragu-raguan ini dan kondisiku tidak ubahnya seperti kaum filosof (filosof Yunani). Alhamdulillah, Allah berkenan menyembuhkan hatiku dengan pancaran CahayaNya. Pikiranku kembali jernih dan seimbang, mampu menerima pengertian2 yang logis. Nur Ilahi itulah yang akhirnya sebagai kunci pembukanya, termasuk untuk mencapai ma’rifat, bukan susunan argumentasi yang logis.
Karena itu, siapa yang menyatakan bahwa alam gaib bisa terbuka dengan dalil2 rasional, ia berarti telah menyempitkan rahmat Tuhan yang luas. Ingatlah, ketika ditanya makna “lapang” dalam ayat Siapa yang hendak diberi petunjuk, dilapangkan dadanya untuk menerima Islam, Rasul menjawab,”itulah cahaya yang dipancarkan Allah ke dalam dada manusia.” Apa tandanya? “menjauhi dunia semu dan hanya menghadapkan diri pada keabadian,” jawab Rasul. Demikian pula yang dimaksud Rasul dalam sabdanya;
“Sungguh Allah telah menciptakan makhlukNya dalam kegelapan, kemudian Dia percikkan kepada mereka secercah dari CahayaNya.”
Cahaya itulah yang mesti dicari untuk mencapai kasyaf. Suatu cahaya yang memancar pada saat2 tertentu, semata2 atas kemurahan Ilahi; sehingga kita harus terus berjaga untuk menyongsongnya, seperti dikatakan Rasul;
“ada saat2 tertentu bagi Tuhan untuk melimpahkan KaruniaNya. Bersiaplah kalian.”

Seluruh uraian ini aku maksudkan agar kita terus berusaha sekuat tenaga dalam mencari sesuatu sampai tidak ada lagi yang bisa dicari. Namun, apa yang telah ada (jelas) tidak perlu dicari lagi; bila dicari, justru akan menjadi samar. Siapa yang mencari sesuatu yang sebenarnya tidak perlu dicari, ia akan terkecoh dalam mencari sesuatu yang harus dicari.

----------------@@@@@---------------


II. PARA PENCARI KEBENARAN

Para pencari kebenaran, menurutku, bisa dikelompokkan menjadi empat golongan;
Ahli kalam, yang mengklaim diri sebagai orang2 yang memiliki penilaian dan penalaran independen.
Kaum batiniyyah, yang menklaim diri sebagai pemilik tunggal At-Ta’lim (perintah otoritatif) dan pewaris istimewa pengetahuan dari Imam ma’sum.
Para filosof, yang menklaim diri sebagai ahli logika dan pembuktian apodeiktik.
kaum sufi, yang mengklaim diri sebagai ahli musyahadah dan mukasyafah.

Kebenaran pasti tidak bergeser dari salah satu golongan ini, sebab mereka adalah orang yang berusaha dengan sungguh2 untuk mencari kebenaran. Jika tidak, maka tidak ada lagi harapan untuk menggapainya. Tidak mungkin aku kembali ber taqlid setelah meninggalkannya. Sebab salah satu syarat untuk taqlid adalah ketidaktahuan. Jika telah paham, pecahlah kaca taqlid yang melingkupinya, yang itu tidak bisa diperbaiki dengan ditambal, misalnya, atau yang lain.

Tentang Ilmu Kalam.
Pada mula, aku kaji kitab2 yang ditulis para tokoh kalam, dan aku tulis pula beberapa kitab yang membahas persoalan kalam. Menurutku, kalam adalah disiplin ilmu yang telah mencapai tujuannya, namun bukan tujuanku. Tujuanku adalah memelihara aqidah Ahli Sunnah dan mempertahankannya dari rongrongan kaum bid’ah.
Sungguh, Allah SWT melalui RasulNya telah mengajarkan aqidah yang benar kepada para hamba, demi kebaikan mereka didunia maupun di akherat. Namun, disisi lain, setan telah membisikan sesuatu yang bertentangan dengannya dan mendorong para penganutnya untuk mempropagandakannya, sehingga menggangu aqidah yang benar. Maka, Allah menjadikan golongan ahli kalam tampil untuk membela sunnah dengan argumentasi2 yang logis, sehingga mampu membongkar kepalsuan para ahli bid’ah.
Demikianlah, maka lahir ilmu kalam dengan para pakarnya. Dan, sungguh, sebagian dari mereka benar2 telah membela aqidah Rasul dengan menjelaskan kesesatan kaum bid’ah; dengan mengambil dalil2 lawan kemudian mempergunakannya untuk melumpuhkan argumentasinya. Namun, metode seperti itu tidak banyak gunanya bagi mereka yang tidak mau menerima sesuatu kecuali yang pasti. Karena itu, metode kalam tidak memuaskan hasratku dan tidak mampu menyembuhkan penyakitku.
Walau demikian, aku akui bahwa perkembangan kalam telah mendorong seseorang untuk giat mendiskusikan haqekat sesuatu, menyelidiki rahasia substansi, aksiden, dan hukum2 yang ada pada keduanya. Akan tetapi, karena hal tersebut bukan merupakan tujuan utama kalam, pembahasannya menjadi tidak mendalam, sehingga tidak mampu melenyapkan segala keraguan saat melihat banyak golongan yang saling bertentangan, walau ada juga mereka yang merasa puas.
Aku tidak bermaksud menonjolkan diri atau menyalahkan orang yang mencari obat dan merasa puas dengan ilmu kalam. Obat memang sangat beragam sesuai dengan penyakitnya. Bisa jadi, suatu obat mujarab bagi seseorang tetapi tidak demikian bagi orang lain.

Tentang Filsafat.
Aku yakin, seseorang tidak akan mengetahui sisi lemah suatu ajaran sampai ia mempelajari secara mendalam seluk beluk ajaran yang dimaksud. Sejauh ini, belum terlihat sarjana Muslim yang mengkonsentrasikan diri pada masalah filsafat (di masa Al-Ghazali). Juga belum ada buku2 kalam yang membahas dan membantah pendapat2 kaum filosof, apalagi menguraikannya secara detail. Maka, aku sadar bahwa membantah suatu faham, sebelum memahami benar haqekat faham tersebut, hanyalah suatu kesia-siaan dan bantahan serampangan.
Aku segera mengkonsentrasikan diri untuk belajar filsafat. Aku kaji kitab2 mereka, walau tanpa bantuan guru. Aku lakukan ini di saat2 senggang dari mengajar dan menulis buku. Waktu itu, aku masih bertugas memberi kuliah pada sekitar 300 mahasiswa di Baghdad. Dan, alhamdulillah, berkat taufiq Allah, dalam waktu kurang dari dua tahun, aku telah memahami seluk beluk ilmu filsafat. Kemudian aku lanjutkan penelitian ini dengan perenungan dan pendalaman sekitar satu tahun, hingga jelas bagiku mana yang benar mana yang salah, mana yang hakiki mana yang palsu.
Tampak jelas, kaum filosof terpecah dalam berbagai mazhab dan pemikiran. Kebanyakan dari mereka tidak luput dari ancaman kekufuran dan ateisme, meski diakui ada juga yang dekat dengan kebenaran.

Golongan Filosof.
Walau terpecah dalam berbagai mazhab, secara garis besar, kaum filosof bisa dibagi tiga golongan, Dahriyyun (ateis), Thabi’iyyun (naturalis) dan Ilahiyyun (Ketuhanan).
Pertama kaum Dahriyyun, mereka adalah para filosof zaman dahulu yang mengingkari adanya Sang Maha Pencipta, adanya yang Maha Mengetahui dan Yang Maha Mengatur. Menurut mereka, alam ini wujud dengan sendirinya, tanpa pencipta. Begitu pula binatang, muncul dari sperma dan sperma keluar dari binatang, begitu seterusnya. Mereka termasuk zindiq atau ateis.
Kedua kaum Thabi’iyyah, mereka mengkonsentrasikan diri untuk meneliti alam, tumbuhan dan terutama binatang; sehingga harus mengakui adanya Sang Maha pencipta dan Sang Maha Pengatur, setelah menyaksikan keteraturan dan keindahan alam beserta isinya. Siapa yang meneliti atonomi binatang memang tidak akan bisa mengelak untuk mengakui kesempurnaan pengetahuan Sang Pencipta; apalagi meneliti anatomi tubuh manusia. Mereka menyimpulkan bahwa susunan tubuh binatang sangat berpengaruh bagi besar kecilnya kekuatan yang dimiliki. Dan kesimpulan itu mereka perlakukan pula pada manusia. Sehingga mereka akhirnya menyimpulkan bahwa ruh manusia akan mati bersama matinya jasad, dan tidak mungkin hidup kembali. Akibatnya, mereka tidak percaya pada hari kebangkitan, surga, neraka, hisab, pahala bagi yang berbuat baik dan siksa bagi pelaku jahat. Mereka “lepas kendali” dan terjerumus pada derajat kebinatangan. Mereka juga termasuk zindiq; sebab tidak percaya pada hari pembalasan, meski percaya kepada Tuhan. Iman yang sebenarnya adalah percaya kepada Tuhan dan hari akhir.
Ketiga, kaum Ilahiyyah. Mereka golongan yang terkemudian dari dua kelompok sebelumnya, termasuk disini Socrates(399SM), Plato(347SM) dan Aristoteles(322SM). Aristoteles adalah tokoh yang telah berjasa menyusun ilmu logika dan membuat jelas ilmu2 sebelumnya. Kaum Ilahiyyah menolak ajaran kaum2 sebelumnya dan berhasil membongkar kepalsuan2 yang ada. Disisi lain, Aristoteles sendiri juga menentang ajaran Socrates, Plato dan para filosof Ilahiyyah sebelumnya, dengan metode yang sangat tepat, sehingga ia terlepas dari yang lain.
Namun demikian, Aristoteles sama sekali tidak terlepas dari noda2 bid’ah dan kekufuran para filosof yang lain. Sedemikian, sehingga kita terpaksa mengkufurkannya bersama para pengikutnya dari kalangan Muslim, seperti Ibn Sina(428H/1037M), Al-Farabi(337H/956M) yang seide; meski kedua tokoh Muslim ini telah berjasa besar menyalin filsafat Aristoteles dengan cermat.
Filsafat Aristoteles, sebagaimana disalin dua tokoh ini, bisa menjadi tiga bagian, sebagian menyebabkan kufur, sebagian menyebabkan bid’ah, dan sebagian bisa diterima.

Ilmu-ilmu Filsafat......(akan dilanjutkan kembali).

(Penulis; Insya Allah akan dilanjutkan kembali tulisan ini, semoga bisa menjadi tambahan modal dalam renungan betapa luasnya Ilmu Allah yang berlapis2, yang tiap2 lapisnya juga memiliki lapisan2 bagian2 yang berbeda, ibarat buah Jeruk, lapisan luar yang disebut lapisan kulit jeruk, kulit jeruk ini memiliki lapisan bagian luar “kulit kasar” dan bagian dalam “kulit halus”, dan dalam kulit jeruk tersebut memiliki cairan untuk melambatkan kekeringan pada buah tersebut. Kemudian lapisan isi jeruk, isi jeruk memiliki kulit halus yang melindungi isi jeruk ibarat kantong2 rahim, di dalam kantong2 isi jeruk terdapat kantong2 kecil yang ber shaf2 guna menyimpan sari pati jeruk tersebut, kemudian dalam isi jeruk juga terdapat biji bakal pertumbuhan pohon jeruk baru, biji inipun memiliki bagian lapisan, yaitu bagian calon batang pohon, calon daun dan calon akar. Mulai dari kulit, isi sampai biji, memiliki lapisan2 karakteristik atau kesifatan2 yang berbeda, yaitu yang menentukan warna, tebal tipisnya kulit, besar ukuran, dan rasa, dari tiap karakteristik tersebut berlapis lagi, yaitu tingkat dari kematangannya. Subhanallah, lillaahi maa fissamaawaati wama fil ‘ardh, ini baru urusan jeruk, apalagi lapisan2 urusan Allah, apalagi lapisan2 tentang Allah sendiri. Saudaraku, tiada aku sampaikan hal ini, kecuali untuk menunjukkan bahwa ‘ilmu Allah’ itu tidak dibatasi oleh Al-Qur’an dan tidak pula dibatasi oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadistnya, dan juga tidaklah menjadi suatu hal yang ‘tidak bisa dirubah’ dari ketetapan istihad para ulama2 terdahulu, janganlah bersikap ‘aku putuskan sekarang’ tanpa mendalami suatu permasalahannya terlebih dahulu, bersikaplah ‘aku pelajari, aku dalami, aku putuskan kemudian’. Ku sampaikan kepada mereka yang mahu memikirkannya.)

****************************
Bersambung.
Iman Prasojo (hudan Ibnul Iman’s the name of my son)
____________________________
Hidup tidak pernah membatasi, tapi kita lah yang selalu membatasi hidup.
Ayat-ayat Allah tidak dibatasi oleh kitab-kitab suci atau pun Hadist,tetapi kita lah yang selalu membatasi ayat-ayat Allah.
Tak ada Ilmu mengenal Allah sebaik Ilmu Rasa, maka belajarlah Ilmu Rasa (Tasawuf)!

Minggu, 02 November 2008

Sekiranya umat Islam seperti Pelangi

Bermacam perbedaan jalan menuju Ridha Allah adalah suatu Keindahan. Allah lah yang telah menciptakan segala perbedaan karena hal itu menunjukkan sifat Allah yang Kuasa dan yang Pencipta.

Sebagai umat Islam yang banyak memiliki perbedaan pendapat, keyakinan, jalan (tarekat) atau metode dalam mencapai Ridha Allah, marilah memandang setiap perbedaan itu seperti Pelangi.

Pelangi itu terdapat bermacam warna-warna cahaya (baca: golongan-golongan yang berbeda-beda),
Pelangi itu bermula dari arah yang sama (baca:bersumber dari Nabi Muhammad SAW),
Pelangi itu berakhir pada tujuan yang sama (baca:Ridha Allah SWT).
Pelangi itu antara warna/ cahaya satu dengan yang lain (baca:antar golongan) tidak ada yang saling mengganggu, walaupun terhadap warna/ cahaya yang terendah sekalipun.
Warna-warna itu saling berdampingan dengan harmonis dalam suatu perjalanan menuju tujuan yang sama sehingga tampak suatu keindahan bagi yang memandangnya (baca:para non Muslim), hingga boleh jadi akan menimbulkan rasa iri hati kepada Pelangi.

Demikianlah seharusnya sikap yang ditanamkan dalam diri sebagai yang mengaku Islam (berserah diri) dan umat Nabi Muhammad SAW.

Mungkin kita tidak dapat merubah warna-warna menjadi sesuai warna yang kita kehendaki, tapi setidaknya marilah kita melihat persamaannya yaitu tujuan akhirnya menuju mardhatillah.

Sesungguhnya Surga itu bertingkat-tingkat, tiap tingkat di huni oleh ahlinya masing-masing, antara ahli surga tempat terendah sampai tertinggi tidak ada yang saling iri dan saling menjatuhkan. Merekalah para ahli neraka yang iri kepada ahli surga. Maka jika di dunia ada umat Islam yang bersikap buruk kepada umat Islam lainnya, sungguh dia bukanlah ahli surga.


Pelangi itu tampak indah memikat, karena adanya perbedaan warna. Jika hanya satu garis warna yang melintas, akankah menjadi perhatian. Sekiranya seluruh manusia di Bumi tidak ada yang berbuat dosa/kesalahan (baca: satu warna) dan beribadah sepenuhnya kepada Allah, niscaya akan dihancurkan dunia ini dan dibangun dunia baru yang isinya banyak manusia yang berdosa. Karena Allah sangat senang melihat air mata taubatnya seorang hamba, sebagaimana senangnya orang tua melihat anaknya yang masih kecil merengek-rengek menangis agar permintaannya dikabulkan, dan orang tua sangat bangga bila dapat memenuhi permintaannya. Terkadang orang tua tidak langsung mengabulkan, bukan karena tidak mampu melainkan senang memandang Wajah anak yang sedang menangis-meminta-menghiba. DEMIKIAN PULA ALLAH BERBUAT DEMIKIAN TERHADAP DIRI KALIAN WAHAI PARA PENCARI!.

"190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat (dzikir) Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka." (Ali Imran.3:190-191)



hudan_ibnul_iman [imanprasojo@gmail.com]


*****************************
Hidup tidak pernah membatasi, tapi kita lah yang selalu membatasi hidup.
Ayat-ayat Allah tidak dibatasi oleh kitab-kitab suci atau pun Hadist,tetapi kita lah yang selalu membatasi ayat-ayat Allah.
Tak ada Ilmu mengenal Allah sebaik Ilmu Rasa, maka belajarlah Ilmu Rasa (Tasawuf)!